-->
thumbnail

Rukun Islam Ada 5

Posted by Yushan on Tuesday, September 21, 2021

Rukun Islam 

        Rukun Islam (bahasa Arab: أركان الإسلام, translit. arkān al-Islām‎) adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim. Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu: 
1. Syahadat: menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah. 
2. Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari. 
3. Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan 
4. Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang membutuhkan. 
5. Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu. 

1. Syahadat 
            Syahadat (persaksian) ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya. 
        Makna "La ilaha Illallah" yaitu; tidak ada yang berhak disembah di bumi maupun di langit melainkan Allah semata. Artinya secara harfiah adalah: "Tiada Tuhan selain Allah" Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap Allah sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepadanya. Sebab orang-orang musyrik yang dulu menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para nabi dan wali dan orang soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu merupakan alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Melainkan hanya dengan menggunakan nama-nama dan sifat-Nya, dengan perantaraan amal sholeh yang diperintahkan-Nya seperti Shalat, shodaqah, zikir, puasa, jihad, haji, bakti kepada orang tua serta lainnya, demikian pula dengan perantara doanya seorang mukmin yang masih hidup dan hadir dihadapannya ketika mendoakan. 

2. Shalat 
        Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim di mana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat. Allah mensyariatkan dalam shalat, suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk shalat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka menyucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin. Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati. Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam rangka membiasakannya. Shalat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi ketakutan dan sakit. Ia menjalankan Shalat sesuai kemampuannya baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali sekadar dengan isyarat mata atau hatinya maka ia mengkhabarkan bahwa orang yang boleh Shalat dengan isyarat. 
        Shalat lima waktu itu adalah Shalat Shubuh, Shalat Dhuhur, Shalat Ashar, Shalat Maghrib dan Shalat Isya’. Waktu Shalat Shubuh dimulai dari munculnya Fajar Sadik di ufuk timur dan berakhir saat terbit matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya. Waktu Shalat Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-bayangnya. Waktu Shalat Ashar dimulai setelah habisnya waktu Shalat Dhuhur hingga matahari menguning dan tidak boleh menundanya hingga akhir waktu. Akan tetapi ditunaikan selama matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan lenyapnya senja merah dan tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu ShalatIsya’ dimulai setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan tidak boleh ditunda setelah itu. 

3. Puasa 
        Puasa pada bulan Ramadan yaitu bulan kesembilan dari bulan hijriyah. Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian menahan dari makan, minum dan jima’ (mendatangi istri) hingga terbenamnya matahari kemudian berbuka. Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. 

4. Zakat 
        Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an. 

5. Haji
        Rukun Islam kelima adalah haji (ziarah) ke Baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga: 
- Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta. 
- Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. 

        Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.

        Demikian ulasan mengenai Rukun Islam. Semoga sebagai ummat Islam kita semakin dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamiin..
7:46:00 AM
thumbnail

Macam - Macam Air Dalam Islam

Posted by Yushan on Monday, September 20, 2021

Macam – Macam Air 
        
        Air merupakan salah satu hal pokok ummat manusia di seluruh dunia dalam kehidupan sehari-hari tak terkecuali ummat islam dalam hal beribadah yang membutuhkan air untuk bersuci dari hadas maupun najis secara sah meskipun bisa diganti dengan tayamum. Air dalam Fiqhi islam menurut madzhab Syafi’i dibagi menjadi empat kategori yakni air suci mensucikan, air musyammas, air suci yang tidak mensucikan, serta air mutanajjis. Berapakah Takaran air yang dapat dianggap sah untuk bersuci ? Sesuai Fiqhi islam air yang sah untuk bersuci jika takaran atau volumenya mencapai 2 qullah. Menurut Para ulama madzhab Syafi’i menyatakan bahwa air yang dianggap mencapai dua qullah apabila volumenya mencapai kurang lebih 192,857 kg. Bila melihat wadahnya volume air dua qullah adalah bila air memenuhi wadah dengan ukuran lebar, panjang dan dalam masing-masing satu dzira’ atau kurang lebih 60 cm2. Adapun macam-macam Air sebagai berikut: 

1. Air Suci dan Menyucikan ( Air Mutlak ) 
        Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa digunakan untuk bersuci. Didalam kitab fatqul qorib dijelaskan bahwa air yang termasuk dalam kategori air mutlak ada 7 yaitu : 
         - Air yang turun dari langit (air hujan) 
         - Air Laut (air asin) 
         - Air Sungai (air tawar) 
         - Air sumur 
         - Air sumber (air mata air) 
         - Air salju (air es) 
         - Air embun 

        Air suci dan mensucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa digunakan untuk melakukan bersuci. ada 7 (tujuh) jenis air yang termasuk dalam golongan ini. Beliau mengatakan: “Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh jenis, yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air es atau salju, dan air embun.“ Ketujuh jenis air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat asli penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka air itu tak lagi disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun juga berubah. Hanya saja perubahan air bisa tidak menghilangkan kemutlakannya jika perubahan itu terjadi karena air tersebut diam pada waktu yang cukup lama, karena tercampur sesuatu yang tidak bisa dihindarkan seperti lumut, lempung, debu, atau karena pengaruh tempatnya seperti air yang berada di daerah yang mengandung banyak belerang. Secara ringkas air mutlak yaitu air yang turun dari langit atau yang bersumber dari tanah (bumi ) dengan sifat asli penciptaannya. 

2. Air Musyammas 
        Air musyammas yaitu air yang dipanaskan secara langsung di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Air musyammas hukumnya suci dan menyucikan, namun makruh jika dipakai untuk bersuci. Secara umum air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, namun air musyammas tidak apa-apa jika dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air musyammas ini tak lagi makruh jika dipakai untuk bersuci apabila telah kembali menjadi dingin. 

3. Air Suci Namun Tidak Menyucikan 
        Air suci tidak mensucikan atau thohir ghoiru muthohhir ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari hadast besar dan kecil maupun dari najis. Ada 2 jenis air yang suci namun tidak mensucikan, yaitu air musta’mal dan air mutaghayyar. 
        Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadast seperti wudlu dan mandi junub maupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh. Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci dari hadast dan najis apabila tidak mencapai takaran dua qullah. Namun apabila takaran air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan dapat digunakan untuk bersuci. Sebagai contoh, apabila ada sebuah bak air dengan ukuran 2 x 2 meter persegi, dan bak itu terisi penuh dengan air, dan kita melakukan wudlu dengan langsung memasukkan anggota badan ke dalam air di bak tersebut (bukan dengan menciduknya), maka air yang masih berada di bak tersebut masih dihukumi suci dan menyucikan. Namun apabila takaran airnya kurang dari dua qullah (meskipun ukuran bak airnya cukup besar), maka air tersebut menjadi air musta’mal dan tidak dapat digunakan untuk bersuci. Namun dzat air tersebut masih di hukumi suci sehingga masih bisa digunakan untuk keperluan lain seperti mencuci pakaian. Dan perlu kita ketahui bahwa air yang menjadi musta’mal ialah air yang dipakai untuk bersuci yang wajib hukumnya. Misalkan air yang dipakai untuk berwudlu bukan dalam rangka menghilangkan hadast kecil, tapi hanya untuk memperbarui wudlu saja (tajdidul wudlu) maka tidak menjadi musta’mal. Sebab orang yang memperbarui wudlu sesungguhnya tidak wajib berwudlu ketika hendak shalat karena pada dasarnya ia masih dalam keadaan suci dari hadast. Sebagai contoh, air yang dipakai untuk basuhan pertama pada anggota badan saat melakukan wudlu menjadi musta’mal karena basuhan pertama hukumnya wajib. Sedangkan air yang dipakai untuk basuhan kedua dan ketiga tidak menjadi musta’mal karena basuhan kedua dan ketiga hukumnya hanya sunnah. Adapun air mutaghayar yaitu air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan nama air tersebut. Sebagai contoh air hujan yang masih asli ia disebut air mutlak dengan nama air hujan. Ketika air hujan dicampur dengan susu sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka orang akan mengatakan air itu sebagai air susu. Perubahan nama inilah yang menjadikan air hujan kehilangan kemutlakannya. Air yang demikian itu tetap suci dzatnya namun tidak dapat digunakan untuk melakukan bersuci. Lalu bagaimana dengan air mineral kemasan? Air mineral kemasan itu masih tetap pada kemutlakannya karena tidak ada pencampuran barang suci yang menjadikan air mineral kemasan mengalami perubahan pada sifat-sifatnya. Adapun penamaannya dengan berbagai macam nama itu hanyalah nama merek dagang yang tidak berpengaruh pada kemutlakan air itu sendiri. 

4. Air Mutanajis 
        Air mutanajis yakni air yang terkena najis yang takarannya kurang dari dua qullah atau takarannya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya (warna, bau, atau rasa) karena terkena najis. Air yang takarannya sedikit jika terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak jika terkena najis tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Namun jika karena terkena najis ada satu atau lebih sifat air yang berubah maka air banyak tersebut menjadi air mutanajis. Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzat air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk mensucikan.
7:43:00 AM
thumbnail

PLURALISME : RAHMAT ATAU LAKNAT?

Posted by Yushan on Tuesday, March 8, 2016

yushan

Di saat konflik horisontal merebak di berbagai wilayah negeri ini, kata damai dan perdamaian memang terasa sangat indah. Di mana-mana orang berbicara dan meneriakkan keinginan untuk mewujudkan perdamaian. Bahkan TNI, lembaga yang selama ini anggotanya dikenal kerap melakukan tindak kekerasan dan melanggar HAM, tak mau ketinggalan menyuarakan seruan damai, seperti nampak dari berbagai spanduk yang berbunyi, "Damai itu indah" di berbagai markas dan kantornya di Jakarta.

Sebagai sebuah bangsa dan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar serta sangat beragam (plural), Indonesia memang memiliki risiko konflik dan perpecahan yang cukup besar. Karenanya sangat wajar apabila ada sejumlah pihak tak bosan-bosannya berupaya merukunkan berbagai elemen masyarakat yang selama ini terjebak konflik, termasuk konflik antar ummat beragama di Maluku, Poso, dan wilayah lainnya.

Upaya itu dilakukan antara lain dengan melakukan dialog antar ummat beragama yang sudah diselenggarakan berkali-kali di berbagai tempat. Ada juga apel keagamaan, seperti yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang kebanyakan anggotanya pemuda NU dan Unit Kegiatan Kerohanian Kristen (UKKK) Universitas Dr Soetomo Surabaya. Acara bertajuk 'Cinta Damai dan Persahabatan Antarumat Beragama' itu menampilkan pembicara lintas agama, seperti H. Ali Maschan Moesa, MSi (Ketua PWNU Jatim), Didik (Pastor Paroki Sidoarjo), serta I Made Gunartha (Ketua I Parisada Hindu Dharma Kota Surabaya).
Yang lebih jauh adalah doa bersama lintas agama, seperti yang dilakukan kalangan LSM dan mahasiswa di pelataran Gedung Pola, bundaran Tugu Selamat Datang (HI) Jakarta dan beberapa tempat lainnya, tahun-tahun silam.

Meski kegiatan seperti itu baru merebak sejak gerakan reformasi bergulir, rintisannya sudah berlangsung sejak lama berupa wacana kenisbian ajaran agama. Sejak 1970-an pemerintah Orde Baru melalui pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sudah mengajarkan siswa untuk berpartisipasi pada acara ritus ibadah agama yang tidak dianutnya. Lewat PMP pula digulirkan paham bahwa semua agama sama baiknya, sama-sama menyembah Tuhan dan sama-sama mengajarkan ummatnya berbuat kebajikan. Namun karena menuai banyak protes dari berbagai ormas Islam, bagian kontroversial itu akhirnya ditiadakan.

Selesai? Ternyata tidak. Meski tidak lagi diajarkan melalui PMP (kini berganti nama menjadi PPKN), wacana tersebut bergulir terus. Dimotori para cendekiawan dari berbagai IAIN dan Yayasan Paramadina, seperti (alm) Harun Nasution, Nucholish Madjid, Djohan Effendi, serta Komarudin Hidayat, berbagai pemikiran keagamaan yang meminjam istilah kalangan ini bercorak Neo-Modernisme terus ditumbuhsuburkan melalui berbagai tulisan di media massa dan forum-forum ilmiah.

Ada berbagai gagasan yang dilontarkan, seperti Islam Rasional, Islam Peradaban dan Islam Transformatif. Belakangan, sejak akhir 1990-an kemudian muncul gagasan Islam Inklusif, Islam Pluralis dan terakhir Islam Liberal.

Maret tahun ini Penerbit Paramadina menerbitkan buku berjudul Islam Pluralis, yang merupakan kumpulan tulisan Budhy Munawar-Rachman. Kemudian tengah bulan silam penerbit yang sama meluncurkan buku berjudul Wacana Islam Liberal. Buku terakhir ini merupakan kumpulan tulisan berbagai pemikir Islam bertaraf internasional yang disunting oleh Charles Kurzman, asisten profesor pada University of North Carolina. Di penulisnya terdapat nama antara lain Muhammad Iqbal, Chandra Muzaffar, Yusuf al-Qardhawi, Mohammad Natsir, Mehdi Bazargan, Benazir Bhutto, Fatima Mernissi, Mohamed Arkoun, Fazlur Rahman, dan Nurcholish Madjid.

Mohon masukan dan kritikan tentang Artikel ini karena jujur saja, sampai sekarang ini sayapun masih bimbang mengenai konsep pluralisme ini. secara pribadi, konsep pluralisme adalah sebuah perwujudan untuk membangun tali silatrrahim antar sesama ummat beraga agar terjalin kehidupan bahdatun Toyyibatun Wa robbul gafuur. Namun disisi lain juga berdampak buruk terhadap Islam sendiri, . . .
2:29:00 AM
thumbnail

SEJARAH KRISTENISASI DI INDONESIA

Posted by Yushan on Monday, March 7, 2016

PAULUS     Arti Kristenisasi
     1. Yang dinamakan kristenisasi ialah mengkristenkan orang
     atau membuat seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata
     itu menurut istilah ialah: mengkristenkan orang secara
     besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar
     supaya adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan
     ajaran agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih
     melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya
     kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan berpusat ke
     gereja.
     2. Kristenisasi tidak hanya dilancarkan terhadap orang-orang
     yang belum memeluk agama atau mereka yang memeluk agama
     animisme saja, tetapi juga ditujukan terhadap orang yang
     telah memeluk agama Islam. Pengkristenan dipercayai sebagai
     satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh
     ditinggalkan. Mengkristenkan orang dianggap sebagai membawa
     kembali anak-anak domba yang tersesat, dibawa kembali kepada
     induknya. Manusia-manusia sebagai anak domba akan dibawa
     kepada kerajaan Allah.
     3. Kristenisasi adalah usaha internasional, artinya mereka
     bermaksud menyebarkan agama Kristen ke seluruh dunia. Dapat
     diakui bahwa ini adalah mutlak hak asasi mereka, sebagaimana
     orang Muslimin-pun mempunyai tugas menyiarkan Islam ke
     seluruh dunia. Namun demikian memang perlu sama-sama
     disadari perlunya suatu garis pengamanan yang dapat
     menghindarkan terjadinya pergesekan dan perselisihan,
     sehingga masing-masing pemeluk agama tertentu tidak merasa
     cemas untuk dipaksa atau dibujuk atau diusahakan pindahnya
     kepada agama lain. Garis ini harus jelas dan ditaati
     terutama oleh para pemeluk agama yang telah disahkan oleh
     Negara Republik Indonesia seperti misalnya agama Islam dan
     Kristen (Masehi).
     4. Pada tanggal 30 Nopember 1967 Pemerintah mengadakan
     Musyawarah Antar Agama bertempat di gedung Dewan
     Pertimbangan Agung Jakarta, dengan maksud antara lain untuk
     membina saling pengertian dan saling toleransi antara
     pemeluk-pemeluk agama terutama Islam dan Masehi. Dalam
     sambutan tertulis Jenderal Suharto pada waktu itu, Pejabat
     Presiden Republik Indonesia, menyatakan keprihatinannya atas
     kenyataan bahwa penyiaran agama masih dilakukan orang
     terhadap mereka yang telah memeluk agama tertentu. Dijiwai
     oleh sambutan Pejabat Presiden itu maka pihak umat Islam
     mengusulkan rumusan persetujuan, yaitu: rakyat yang telah
     beragama jangan dijadikan sasaran penyebaran agama lain.
     Pihak Masehi menolak keras usul itu. Maka dicoba untuk
     mengadakan pertukaran pikiran dan pendekatan-pendekatan
     namun sia-sia, yang mengakibatkan musyawarah yang
     berlangsung hampir 24 jam itu tidak menghasilkan sesuatu
     yang kongkrit.
     5. Kristenisasi dalam pengertian politik ialah: berusaha
     untuk lahirnya undang-undang ataupun peraturan atau tindakan
     dan sikap penguasa, yang memberi kesempatan lebih banyak
     lagi bagi tersiarnya agama itu atau menguntungkan bagi agama
     itu. Apabila penyebaran dalam masyarakat telah berhasil dan
     dalam bidang politik berhasil pula, maka terbukalah jalan
     yang selebar-lebarnya untuk menjadikan keseluruhan
     masyarakat bernapaskan Kristen, sehingga diharapkan dengan
     cepat umat Kristen akan menjadi mayoritas, seperti umpamanya
     kejadian di Pilipina, yang sekarang ini ternyata menjadi
     basis perluasan ke seluruh Asia Tenggara.
     6. Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya,
     beaya peralatan yang lengkap, rencana yang masak, tehnik
     yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat,
     keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan
     saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan
     manusia: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan
     segala macam hiburan.
 
     Sejarah Kristenisasi oleh Agama Protestan
     1. Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada
     tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan
     Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah
     Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada
     tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen).
     Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh
     Nederlandse Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam
     tahun 1787. Pada tahun 1882 di Minahasa juga didirikan
     asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri
     serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat
     subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka
     mendirikan percetakan untuk mencetak buku-buku, selebaran
     dan sebuah surat kabar yang bernama, "Cahaya Siang."
     2. Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah
     lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini
     kemudian diambil alih dan diteruskan oleh bangsa Belanda di
     Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh: J. Kam pada
     pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari
     Nederlandse Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka
     luaskan sampai ke pulau Buru. Adapun daerah Sulawesi Tengah
     dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala Keselamatan
     atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond
     mengirimkan pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun
     1913. Di Bolaang Mongondow pengkristenan dilakukan oleh
     Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904 seorang raja
     meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S.
     disana. Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan
     De Nederlandse Zendingvereniging yang semula diberikan tugas
     mengkristenkan Jawa Barat, pada tahun 1915 juga beroperasi
     di Sulawesi Tenggara.
     3. Kristenisasi di Jawa Timur dipelopori oleh seorang tukang
     jam bangsa Belanda di Surabaya yang bernama Emde dan seorang
     tuan tanah bernama C. Coolen kira-kira pada tahun 1840.
     Empat tahun kemudian pengikut mereka berhasil membentuk
     sebuah desa Keristen di Mojowarno di mana dewasa ini berdiri
     sebuah rumah sakit Kristen yang amat besar dan modern. Pada
     tahun 1848 seorang zendeling lagi yaitu E.J. Jellesma datang
     ke Surabaya lalu ke Mojowarno. Dengan dibantu oleh seorang
     guru Injil Paulus Tosari didirikannya sebuah Kweekschool
     yang kemudian terpaksa ditutup pada tahun 1858. Tetapi pada
     tahun 1500 dapat dibuka kembali. Murid-murid dari pengikut
     C. Coolen menyebarluaskan agama Kristen ini sampai ke
     Pasuruan dan Kediri. Kemudian berdatangan para zendeling
     dari negeri Belanda untuk menyebarkan agamanya di
     tengah-tengah umat Islam. Mereka mendirikan rumah sakit
     rumah sakit di banyak tempat di samping rumah sakit besar
     Mojowarno.
     4. Di Jepara tinggal seorang bernama Tunggul Wulung yang
     terkenal dengan julukan Kiyahi Berahim. Dia adalah seorang
     petapa yang mengaku telah mendapat wahyu dari Allah lalu
     masuk Kristen. Tetapi kemudian dia campur-adukkan
     kepercayaan Kristen dengan Islam dan animisme, akhirnya dia
     tidak diakui lagi oleh gereja. Ada pula seorang santri
     bernama Sadrah, yang berhasil ditarik memeluk agama Kristen
     oleh seorang zendeling yang bernama Hoezoo. Sadrah kemudian
     mengembara hampir ke seluruh tanah Jawa dan banyak bertemu
     serta berwawancara dengan penyebar agama Kristen lainnya. Di
     Jakarta, dahulu Batavia, dia bertemu dengan MR. F.L.
     Anthing, bekas pejabat tinggi kehakiman di Semarang yang
     telah pindah ke Jakarta, Dia ini sangat besar jasanya dalam
     pernyebaran Kristen. Tahun 1867 Sadrah dibaptiskan dan dua
     tahun kemudian dia dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan
     Kristen bekerja sama dengan nyonya Philips. Tahun 1870
     pindah ke desa Karangjasa dekat Bagelen dan terus giat
     menyebarkan agamanya dan memimpin kaum Kristen Jawa. Dari
     sana Kristenisasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereformeerde
     Kerken) ke Banyumas dan Kedu lalu meluas ke Yogyakarta dan
     Surakarta.
     5. Adapun di Sumatera pekerjaan zending dapat dikatakan
     dimulai pada tahun 1890 di dacrah Sumatera Pasisir Timur.
     Pada tahun 1894 mereka sampai ke utara Danau Toba daerah
     Batak Karo. Pada tahun 1915 mereka dirikan rumahsakit di
     bawah pimpinan seorang Zuster bangsa Belanda. Pulau Nias
     dimasuki pada tahun 1866 oleh para zendeling dari
     perkumpulan Rheinische Missionsgeselschaft, yaitu gabungan
     zending yang berdiri pada tahun 1823 dan berpusat di Barmen
     wilayah Dusseldorf, Jerman. Mereka juga melebarkan sayap ke
     Pulau Mentawai dan Enggano. Rheinische Missionsgeselschafe
     ini juga beroperasi di pulau Kalimantan sebelah Selatan dan
     Timur untuk mengkristenkan suku Dayak. Pada tahun l904
     kelihatan kemajuannya di Kuala Kurom dan Kahayan Hulu, lalu
     meluas dengan pesat.
     Demikianlah ringkasan sejarah kristenisasi yang dilakukan
     oleh agama Protestan di tanah air kita.
 
     Sejarah kristenisasi oleh agama Katolik
     1. Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta) mulai didirikan
     Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama Katolik
     telah masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16
     agama ini telah memasuki kepulauan Maluku, Ambon, Ternate,
     Solor dan Nusa Tenggara. Penyebarannya mula-mula dilakukan
     oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan itu. Pada
     tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga
     datang ke sana, bernama Fransiscus Xaverius. Dia berhasil
     menarik simpati pemerintah Portugis dan penduduk asli. Tahun
     1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada waktu itu di Ambon
     telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama
     Katolik.
     2. Agama Katolik memasuki Sulawesi dari Makasar, dan itu
     semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H.
     Dominicus hidup tahun 1170 - 1221) dan pengikut madzhab
     Yesuiten Orde. Madzhab Yesuit ini pada mulanya didirikan
     oleh seorang bangsawan Spanyol bernama Ignatius Loyola yang
     lahir tahun 1491.
     Dia adalah penganut aliran mistik dalam agama Katolik. Dalam
     peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang
     mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah
     menebal dan mendapat banyak pengikut. Pada tahun 1529
     dibentuknya di Paris suatu jama'ah yang dibai'at untuk
     mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik,
     Tahun 1539 semua anggota jama'ah dilantik menjadi pastor dan
     tahun 1560 Paus Paulus III meresmikan jama'ah ini sebagai
     Jamaah Yesus atau the Society of Yesus. Jamaah terus
     berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.
     3. Gerakan agama Protestan yang sangat memusuhi Gereja
     Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik di
     India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah
     menyebabkan terjadinya pergolakan politik di negeri Belanda
     yang mengakibatkan hancurnya pusat Zending Protestan dan
     bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi sangat
     kuat. Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda
     dan kekuasaan mereka di Indonesia bertambah mantap, maka
     secara bertahap penyebaran agama Katolik di Sulawesi
     diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807.
     Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik
     di negeri Belanda mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta
     yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen. Kedudukan Missie
     dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada tahun
     1834 di Padang ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808
     hingga 1845 mereka hanya mampu menempatkan 16 orang pastor
     itupun akhirnya hanya tinggal 4 orang.
     4. Dalam Perang Diponegoro (1825-1830) ditengah-tengah
     tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama Scholtes.
     Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan
     Maluku kemudian melaporkan hasil penyelidikannya kepada
     Paus. Berdasarkan laporan itu Paus menganggap sudah tiba
     waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie Katolik di
     Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan
     Mgr. Jacob Croaff selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia
     digantikan oleh Mgr. Peterus Maria Francken dengan dibantu
     oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie ini
     mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya
     berdatangan permintaan dari umat Katolik yang hidupnya
     terpencil. Akhirnya pada tahun 1859 kaum Yesuiten membantu
     dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu
     menempatkan mereka di Flores dan kepulauan lainnya.
     5. Kemajuan Missie Katolik bertambah pesat setelah pada
     tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang
     sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di
     Cirebon, Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra
     di Medan dan Tanjung Sakti. Di Kalimantan dibangunnya
     pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian juga
     Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari,
     Sumbawa dan Timor. Claessen digantikan oleh Vicarius
     Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun 1898 oleh Mgr.
     E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai
     berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah
     agamanya. Mereka beragama Islam dan tidak mau dikatakan
     tidak Islam, walaupun mereka tidak atau kurang menjalankan
     syari'ahnya. Missie mengambil jalan lain yaitu dengan
     mendekati anak-anak mereka yang pada umumnya hidup
     kekurangan. Untuk mereka didirikan sekolah-sekolah dasar
     dengan percuma, bahkan dengan diberinya alat-alat serta
     pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah yang berangsur
     di-Katolik-kan, dan itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka
     dapatlah dikirakan bahwa banyaknya jumlah orang Jawa yang
     beragama Katolik adalah akibat karena mereka dahulu
     bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.
     6. Pangkalan Missie untuk Jawa Tengah yang pertama ialah
     Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah berdiri
     sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama
     Katolik, kemudian Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah
     mereka. Guru-guru tamatan Muntilan dikirim ke luar daerah
     dan banyak pula yang berdinas di sekolah Pemerintah
     (Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat
     kemajuan. Sekolah bertambah banyak terutama sekolah
     Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan Rumah Yatim juga dibangun,
     sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai lapangan
     sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka
     berjumlah 52 buah dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki
     surat kabar seperti Mingguan Java Post, Sociaal Leven En
     Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie dan De
     Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja
     Katholik serta dalam bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu
     mereka dirikan sebuah percetakan di Yogyakarta pada tahun
     1922.
     Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta segala
     usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri
     Belanda, yang diberikan oleh Dana St. Claverbond yang
     berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai perkumpulan missie
     antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum
     Katolik tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama,
     pendidikan, pengajaran, sosial serta pendirian
     gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang politik.
     Pada tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai
     politik dengan nama De Indische Katholieke Partij.
     Sekianlah dengan sangat ringkas diuraikan sejarah masuknya
     Missie Katolik dan pekerjaannya di tanah air kita.
 
     Kristenisasi dan Politik
     Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, adalah
     Kristenisasi mempunyai segi-segi politis. Demikian pula
     dalam sejarah perkembangannya selalu dipengaruhi oleh
     perubahan situasi politik, terutama di Eropa, di mana
     partai-partai mereka selalu aktif dalam sidang polltik. Di
     negeri kitapun mereka demikian juga halnya seperti ternyata
     dalam berdirinya De Indische Katolieke Partij.
     Pada zaman kemerdekaan dengan terbukanya kehidupan politik
     di negeri kita mereka tidak ketinggalan membentuk partai
     politik, di samping partai lain-lainnya.
     1. Partai Kristen Indonesia atau Parkindo didirikan di
     Jakarta pada tanggal 18 Nopember 1945 sebagai penjelmaan
     dari Partai Kristen Nasional (PKN) vang dipimpin oleh Dr.
     W.I. Yohannes. Di Sumatera didirikan orang Partai Kristen
     Indonesia yang disingkat PARKI. Pada bulan Maret 1947
     pimpinan dari kedua partai itu bertemu di Malang dalam
     kesempatan sidang Komite Nasional Pusat mereka setuju untuk
     bergabung. Maka tanggal 19 April 1947 Parki mengadakan
     Kongres di Prapat dan memutuskan melebur diri serta
     bergabung pada Parkindo.
     Dalam Anggaran Dasarnya keputusan Konggres di Sala pada
     tanggal 7-9 April 1950 dicantumkan antara lain:
     a. Partai Kristen lndonesia (Parkindo) berasaskan paham
     Kekristenan.
     b. Anggota Partai ialah warga negara Indonesia yang beragama
     Kristen serta berusia sekurang-kurangnya 18 tahun.
     Dalam deklarasi atau Pernyataan Dasar Pendirian Parkindo
     terdapat uraian sebagai berikut:
     Pasal 1
     Partai Kristen Indonesia (Parkindo) berdasar atas
     kepercayaan bahwa:
     a. Segala sesuatu adalah berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan
     untuk Tuhan.
     b. Bagi tiap-tiap Makhluk dan tiap-tiap lingkungan hidup
     demikian pula bagi negara dan pemerntahan panggilan dan
     hukum-hukum Tuhan sebagai ternyata dalam firman-Nya.
     Pasal 2
     Partai berpendirian bahwa negara berwujud karena Kehendak
     Tuhan dengan tujuan mengatur hidup manusia di dunia, agar
     dengan demikian warga negara dapat mempersiapkan diri untuk
     hidup yang kekal.
     Pasal 3
     Parkindo adalah Partai Politik warganegara Indonesia yang
     berhasrat memenuhi panggilan dan kewajibannya terhadah nusa
     dan bangsa dan bangsa-bangsa lainnya dengan jalan berusaha
     di lapangan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan atas
     dasar paham Kristen.
 
     2. Partai Katolik didirikan di Yogyakarta oleh Kongres Umat
     Katolik seluruh Indonesia pada tanggal 12 Desember 1949,
     sebagai penjelmaan fusi daripada 17 partai Katolik yang
     telah ada sebelum itu yakni:
     1. Partai Katolik Republik Indonesia (P.K.R.I.) yang
     didirikan di Surakarta.
     2. Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang didirikan
     di Makassar.
     3. Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang didirikan
     di Flores.
     4. Partai Katolik Indonesia Timus (Parkit) yang didirikan di
     Timor.
     5. Persatuan Politik Katolik Flores (Perkokaf) didirikan di
     Flores.
     6. Permusyawaratan Majlis Katolik (Permakat) didirikan di
     Menado.
     7. Partai Katolik Indonesia Kalimantan (Parkika) yang
     didirikan di Kalimantan.
     Melihat banyaknya partai-partai itu tahulah kita betapa
     besar hasrat mereka untuk berpolitik setelah negara kita
     merdeka. Anggaran Dasar Partai Katolik sebagai gabungan
     partai-partai tersebut di atas, telah disahkan dalam
     Kongresnya yang pertama di Semarang tanggal 12 Desember
     l949, di mana asas dan tujuan berbunyi sebagai berikut:
     1. Partai Katolik berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa pada
     umumnya serta Pancasila pada khususnya dan bertindak menurut
     asas-asas Katholik,
     2. Tujuan Partai Katolik ialah bekeria sekuat-kuatnya untuk
     kemajuan Republik Indonesia dan kesejahteraan rakyatnya.
 
     Kekuatan dan Kelemahan
     1. Apa yang telah diuraikan di atas memberikan gambaran
     kepada kita bagaimana ketekunan dan keuletan mereka dalam
     menyebarkan agama Kristen. Bagaimana kerapian organisasi
     mereka serta lengkapaya rencana yang mereka buat; dan
     bagaimana besarnya pembeayan yang sengaja disediakan. Apa
     yang kita lihat dewasa ini adalah kemajuan kristenisasi yang
     semakin meningkat. Berpuluh-puluh rumah sakit yang mereka
     dirikan, semuanya besar dan lengkap dengan peralatan yang
     modern. Beratus-ratus sekolah dengan gedungnya yang indah
     dan megah, dari Taman Kanak-kanak hingga Universitas dan
     Perguruan Tinggi, yang sebagian besar siswa dan mahasiswa
     terdiri dari kalangan orang Islam. Kantor dan gereja-gereja
     merupakan gedung-gedung indah menghiasi kota, terutama
     Jakarta, dan kota-kota besar lainnya. Belum lagi disebutkan
     proyek-proyek dalam bermacam-macam bidang tersiar di seluruh
     tanah air. Dalam dunia persuratkabaran dan penerbitan
     buku-buku serta pendirian percetakan-percetakan modern,
     mereka memegang peranan yang amat menentukan.
     2. Namun segala kebesaran yang mengagumkan sebagai yang
     tersebut di atas itu tidak berarti bahwa mereka tidak
     mempunyai kelemahan-kelemahan. Mereka banyak mempunyai
     kelemahan, itu sudah tentu. Kelemahan itu tidak terletak
     pada beaya, mereka berlebih dan melimpah-limpah dalam
     memiliki pembeayaan. Tidak terletak pada man-power, mereka
     cukup dan mempunyai kemampuan untuk membayar siapa saja yang
     bersedia bekerja bagi mereka. Tidak terletak pula pada ilmu,
     mereka ahli dan mampu memperkerjakan tenaga-tenaga ahli.
     Tidak juga pada kekuasaan dan pengaruh dalam bidangnya
     masing-masing.
     Tetapi kelemahan itu terletak pada kelemahan ajaran agama
     mereka sendiri dipandang dari segi ratio, justru dalam
     hal-hal yang prinsipiil. Yaitu tentang I'tikad Trinitas,
     Ke-Allahan Yesus, Dosa Turunan, Pertentangan Antara
     Ayat-ayat Dalam Kitab Suci Mereka, serta tentang Pengertian
     Wahyu dan sebagainya. Mereka menyadari bahwa ajaran Kristen
     sebagaimana tersebut di atas memang sukar diterima oleh
     akal. Hal-hal inilah yang telah menyebabkan kemunduran agama
     Kristen di dunia barat di mana orang-orang tidak bersedia
     lagi menerima ajaran bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Allah
     Sendiri, seperti antara lain yang pernah dikemukakan oleh
     Dr. B.J. Boland ketika berkunjung ke kantor Pimpinan Pusat
     Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu. Seperti yang telah
     pernah ditulis oleh seorang pastor dalam salah satu majalah
     bahwa jumlah pengunjung gereja di negeri Belanda semakin
     menurun, dan seperti yang sering diceritakan oleh
     orang-orang yang pernah mengunjungi Eropah dan Amerika
     Serikat. Padahal di sana disediakan kenangan yang
     melimpah-limpah untuk penyiaran agama Masehi dengan
     pendirian gereja serta pergedungan lainnya. Di sana dapat
     dikatakan uang itu tidak memperoleh sasaran yang semestinya,
     dan perlu dialihkan ke bagian dunia yang lain, ke timur.
     3. Dengan keadaan demikian maka nampakya di dunia barat
     terutama di Eropah sudak tidak dapat diharap lagi untuk
     menjadi bumi subur bagi agama Masehi, yang dewasa inipun
     telah menjadi hanya seperti adat, bukan agama yang
     dimengerti dan disadari secara jelas. Apalagi andaikata
     (mudah-mudahan jangan) Perang Dunia III sudah sampai pada
     taraf tidak terelakkan lagi, maka seperti yang telah pernah
     diramalkan orang, dalam 17 jam pertama dari meletusnya
     perang nuilir itu, seluruh Eropah Barat akan musnah demikian
     juga mungkin seperempat dari bumi Amertka Serikat. Begitulah
     agama Masehi akan kehilangan tempat berpijak serta basis
     yang amat kuat dan kaya raya. Jadi apa yang harus dilakukan
     orang dewasa ini ialah sejauh mungkin berikhtiar
     menghilangkan gejala yang mungkin dapat menimbulkan perang
     itu, dan usaha itu sampai sejauh sekarang ini telah
     berhasil. Apa yang terjadi hanyalah perang setempat seperti
     misalnya Victnam, Timur Tengah, dan kini di Afrika. Tetapi
     apakah keadaan ini dapat dipertahankan untuk selamanya?
     Nampaknya karena itu mengapa agama Masehi memerlukan tanah
     persemaian baru yang masih dapat bertahan lebih lama serta
     jauh dari kancah perang nuklir yang akan datang. Dan
     persemaian itu harus sejak sekarang disiapkan agar jika
     perang pecah (mudah-mudahan jangan) tempat yang baru sudah
     siap selesai serta telah dapat berjalan seperti yang
     diharapkan. Tempat itu terletak di timur, dimana penduduknya
     belum sekritis penduduk Eropa.
     4. Indonesia akibat penjajahan Belanda selama tiga setengah
     abad, penduduknya kebanyakan bodoh dan miskin. Maka usaha
     kristenisasi telah dapat menutupi kelemahan-kelemahannya itu
     dergan membangun usaha-usaha pertolongan kepada rakyat
     seperti mendirikan rumah pcmeliharaan orang miskin dan anak
     yatim piatu, membangun rumah sakit dan balai pengobatan, dan
     sekolah-sekolah yang beraneka macam ragamnya. Bangsa
     Indonesia yang memeluk agama Kristen pada umumnya bukan
     hasil daripada pengertian dan kesadaran, tetapi karena
     pendidikan dimasa kanak-kanak dan karena merasa berhutang
     budi atau jasa, sedang keyakinan dan pengertiannya terhadah
     agamanya yang lama (Islam) masih terlalu dangkal. Adapun
     mereka yang cerdas dan pandai atau mendapat gelar keilmuan
     yang tinggi telah lebih dahulu hatinya disegel dengan
     rumusan: imanadalah iman dan bukan pengetahuan, berimanlah
     lebih dahulu barulah berusaha untuk mengerti. Akan tetapi
     sampai berapa lama dan sampai berapa berapa generasikah
     segel ini dapat dipertahankan? Manusia di barat telah
     menjadi bukti bahwa akal tidak akan sanggup terlalu lama
     disegel. Segel itu jebol dan akan keluar mencari jalan
     lepas.
 

Oleh:Y.B. Sariyanto Siswosoebroto  
11:09:00 PM
thumbnail

FITNAH BAHWA MUHAMMAD MENGIDAP PENYAKIT AYAN

Posted by Yushan on

GUNUNG


Fitnah Sekitar Ayan
Baiklah kita kembali sekarang pada titik persoalan terakhir dalam sanggahan si Muslim Mesir itu. Dia menyebutkan, bahwa hasil penyelidikan kaum Orientalis itu menunjukkan, bahwa Nabi menderita penyakit ayan. Gejala-gejala demikian itu tampak padanya ketika ia tidak sadarkan diri, keringatnya mengucur dengan disertai kekejangan-kekejangan dan busa yang keluar dari mulutnya. Apabila ia sudah sadar kembali, ia lalu membacakan apa yang dikatakannya wahyu Tuhan kepadanya itu - kepada orang-orang yang mempercayainya. Padahal yang dikatakan wahyu itu tidak lain ialah akibat serangan-serangan ayan tersebut.

Kembali Kepada Ilmu Pengetahuan
Menggambarkan apa yang terjadi pada Muhammad pada waktu datangnya wahyu dengan cara yang demikian itu, dari segi ilmiah adalah sama sekali salah. Serangan penyakit ayan tidak akan meninggalkan sesuatu bekas yang dapat diingat oleh si penderita selama masa terjadinya itu. Bahkan sesudah ia sadar kembali pun samasekali dia lupa apa yang telah terjadi selama itu. Dia tidak ingat apa-apa lagi, apa yang terjadi dan apa yang dilakukannya selama itu. Sebabnya ialah, segala pekerjaan saraf dan pikirannya sudah menjadi lumpuh total. Inilah gejala-gejala ayan yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Jadi bukan yang dialami Nabi Muhammad selama menerima wahyu. Bahkan selama itu inteleknya sedang dalam puncak kesadarannya. Dengan sangat teliti sekali ia ingat semua yang diterimanya dan sesudah itu dibacakannya kembali kepada sahabat-sahabatnya.
Dengan kesadaran rohani yang besar itu, samasekali ia tidak dibarengi oleh ketidaksadaran jasmani. Bahkan sebaliknya yang terjadi, pada waktu itu Nabi sedang dalam puncak kesadarannya yang biasa. Cukuplah kalau kita tunjukkan saja pada apa yang kita sebutkan dalam buku ini tentang turunnya Surah al-Fath (48) yaitu ketika kaum Muslimin kembali dari Mekah ke Medinah sesudah Perjanjian Hudaibiya.
Jadi ilmu pengetahuan dalam hal ini membantah bahwa Muhammad dihinggapi penyakit ayan. Yang mengatakan demikian dari kalangan Orientalispun hanya sebagian kecil saja. Mereka itulah yang mengatakan bahwa Qur'an sudah diubah. Mereka mengatakan begitu bukan karena ingin mencari kebenaran, melainkan menurut dugaan mereka dengan demikian mereka mau merendahkan martabat Nabi di mata segolongan kaum Muslimin. Ataukah dengan kata-kata itu mereka mengira, bahwa mereka telah menyebarkan keragu-raguan atas wahyu yang diturunkan kepada Muhammad, sebab turunnya itu -menurut dugaan mereka- waktu ia sedang mendapat serangan ayan? Kalau memang begitu, ini adalah suatu kesalahan besar pada mereka, seperti sudah kita sebutkan. Pendapat mereka inilah yang secara ilmiah telah sama sekali tertolak.
Kalau yang dipakai pedoman olelm kaum Orientalis demikian itu adalah tujuan yang murni, tentu mereka tidak akan membawa-bawa ilmu yang bertentangan dengan itu. Mereka melakukan itu mau mengelabui orang-orang yang belum penguasai pengetahuan tentang gejala-gejala ayan, dan mereka yang cara berpikirnya masih sederhana yang sudah merasa puas dengan apa yang telah dikatakan oleh kaum Orientalis itu, tanpa mau bertanya-tanya kepada para ahli dari kalangan kedokteran atau mau membaca buku-buku tentang itu. Kalau saja mereka mau melakukan itu, sebenarnya tidak sulit buat mereka untuk menemukan kesalahan kaum Orientalis itu - disengaja atau tidak disengaja. Mereka akan melihat bahwa kegiatan rohani dan intelek manusia akan sama sekali tertutup selama terjadi krisis ayan. Si penderita dibiarkan dalam keadaan mekanik semata, bergerak-gerak seperti sebelum mendapat serangan, atau meronta-ronta kalau serangannya itu sudah bertambah keras sehingga dapat mengganggu orang lain. Dalam pada itu, diapun kehilangan kesadarannya. Ia tidak sadar apa yang diperbuatnya dan apa yang terjadi terhadap dirinya. Ia seperti orang yang sedang tidur, tidak merasakan gerak-geriknya sendiri. Bila itu sudah berlalu, iapun tidak ingat apa-apa lagi.

Kadang Ilmu Yang Tidak Cukup
Ini tentu berbeda dengan suatu kegiatan rohani yang begitu kuat membawanya jauh ke alam ilahiah, dengan penuh kesadaran dan suasana intelek yang meyakinkan. Apa yang diwahyukan kepadanya itu, kemudian dapat diteruskan. Sebaliknya ayan, melumpuhkan seluruh kesadaran manusia. Ia membawa orang berada dalam tingkat mekanik, yang selama itu perasaan dan kesadarannya menjadi hilang. Tidak demikian halnya dengan wahyu, yang merupakan puncak ketinggian rohani, yang khusus diberikan Tuhan kepada para nabi. Kepada mereka kenyataan-kenyataan alam positif yang tertinggi itu diberikan, supaya kemudian disampaikan kepada umat manusia. Kadang ilmu pengetahuan sampai juga memahami beberapa kenyataan-kenyataan itu, mengetahui ketentuan-ketentuan dan rahasianya - sesudah lampau beberapa generasi dan beberapa abad. Kadang juga ilmu pengetahuan belum dapat menjangkaunya. Sungguhpun begitu itu adalah kenyataan positif, yang dapat dimasuki hanya oleh hati nurani orang-orang beriman, yang percaya kepada kebenarannya. Dalam pada itu ada juga hati yang tetap tertutup rapat dan tidak mengetahui atau karena memang tidak mau mengindahkannya.
Kita dapat mengerti bila Orientalis-orientalis itu berkata, bahwa wahyu ialah suatu gejala psikologi tersendiri dalam penilaian ilmu pengetahuan yang sampai ke tangan kita hingga saat sekarang. Jadi, adalah hal yang tidak mungkin dapat ditafsirkan dengan cara ilmu. Tetapi bagaimanapun juga pendapat ini menunjukkan, bahwa pengetahuan kita - dengan ruang lingkupnya yang luas - masih merasa terbatas akan menafsirkan bagian terbesar dari gejala-gejala spiritual dan psikologis itu. Buat ilmu pengetahuan ini bukan suatu cacat, juga bukan hal yang aneh. Ilmu pengetahuan kita masih terbatas dalam menafsirkan beberapa gejala alam yang dekat pada kita. Kodrat matahari, bulan, bintang-bintang, tata-surya dan lainnya dalam ilmu pengetahuan, masih merupakan hipotesa-hipotesa penemuan. Semua benda cakrawala ini sebagian ada yang dapat kita lihat dengan mata telanjang, dan tidak sedikit pula yang masih tersembunyi, yang baru akan dapat kita lihat bila menggunakan alat peneropong. Sampai abad yang lalu banyak sekali penemuan-penemuan yang masih dianggap sebagai suatu ciptaan khayal belaka, tak ada jalan akan dapat dijelmakan depan mata kita. Tetapi ternyata sekarang sudah menjadi kenyataan. Malah kita menganggap sebagai hal yang mudah saja. Adanya gejala-gejala spiritual dan psikologis sekarang menjadi sasaran pengamatan para sarjana. Tetapi ini belum lagi dapat dikuasai oleh ilmu, dan hukumnya yang positifpun juga belum ditemukan.
Sering kita membaca tentang beberapa masalah yang sudah diketahui oleh para sarjana dan sudah diterima. Tetapi kemudian ternyata bahwa dalam hukum alam yang berlaku menurut kaidah-kaidah ilmu pengetahuan belum lagi memberikan arti yang meyakinkan. Psikologi misalnya, dalam menghadapi beberapa masalah, secara umum masih belum mempunyai hukum yang pasti. Kalau ini terjadi dalam kehidupan biasa, maka langkah cepat-cepat mau menafsirkan gejala-gejala seluruh hidup dengan cara ilmiah adalah suatu usaha yang memang sia-sia saja, suatu penghamburan yang patut dicela.

Menyerang Muhammad Karena Gagal Menyerang Ajarannya
Datangnya wahyu yang pernah disaksikan oleh beberapa kaum Muslimin selama masa hidup Muhammad - demikian juga Qur'an - setiap dibacakan kepada mereka, ternyata menambah keteguhan iman mereka. Di antara mereka itu terdapat juga orang Yahudi dan Nasrani. Sesudah lama terjadi debat dan diskusi dengan Nabi, kemudian merekapun mempercayai. Sekitar risalah dan masalah waktu itu tak ada yang mereka tolak. Memang ada segolongan orang-orang Quraisy yang berusaha menuduh hal itu sebagai perbuatan sihir dan gila. Tetapi kemudian merekapun mengakui, bahwa dia bukan tukang sihir dan bukan pula orang gila. Merekapun lalu jadi pengikutnya dan beriman atas ajakan itu. Inilah yang sudah pasti dan meyakinkan.
Jadi sekarang yang tak dapat diterima oleh ilmu, dan bertentangan dengan kaidah-kaidah yang ilmiah ialah sikap mengingkari terjadinya wahyu itu dan merendahkan orang yang menerimanya disertai kecaman dengan pelbagai rupa. Inilah yang justru bertentangan dengan ilmu.
Seorang sarjana yang sungguh-sungguh bertujuan mencari kebenaran, tidak dapat berkata lain daripada suatu penegasan bahwa apa yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan sampai sekarang, masih terbatas sekali, belum dapat menguraikan wahyu itu dengan cara ilmiah. Akan tetapi, begaimanapun juga, ilmu tak dapat menolak terjadinya gejala-gejala wahyu, seperti yang dilukiskan oleh sahabat-sahabat Nabi dan penulis-penulis lain pada permulaan sejarah Islam itu. Kalaupun ada yang mengingkarinya, ia berusaha mencari dalih dengan menggunakan ilmu sebagai senjata yang sia-sia dengan sikap keras kepala. Sikap keras kepala dengan ilmu sebenarnya takkan pernah bertemu.
Kalau sikap yang menyedihkan ini harus menjurus kepada sesuatu maka sesuatu itu ialah nafsu mereka yang keras hendak menanamkan syak ke dalam hati orang tentang Islam. Agama ini sendiri tidak dapat mereka serang. Mereka telah menyaksikan, betapa kuat dan luhurnya agama ini, dengan sifatnya yang sederhana dan serba mudah yang justru menjadi dasar kekuatannya.
Oleh karena itu, mereka lalu menggunakan cara orang yang lemah. Mereka tak mampu menyerang jejak yang sungguh besar itu, mereka lalu menyerang orang yang meninggalkan jejak itu. Ini adalah kelemahan yang tidak seharusnya menjadi pegangan seorang sarjana. Dalam pada itu ia juga bertentangan dengan hukum kodrat insani. Kodrat manusia ialah memperhatikan jejak itu sendiri saja, menikmati buahnya tanpa ia harus bersusah payah mencari-cari asal-usulnya atau mencari-cari apa yang menyebabkan hal itu terjadi atau tumbuh. Dengan demikian mereka tidak perlu menyusahkan diri mencari-cari asalnya pohon yang telah menghasilkan buah-buahan yang disukainya itu, atau tentang pupuk yang menyebabkan pohon tersebut jadi subur, selama tidak terpikirkan olehnya akan menanam pohon lain yang lebih enak buahnya.
Ketika orang mengadakan pembahasan tentang filsafat Plato atau tentang drama Shakespeare atau karya-karya Raphael misalnya, orang tidak perlu mencari bahan kecamannya pada kehidupan orang-orang besar itu - yang menjadi lambang kemegahan dan kebanggaan umat manusia - kalau dalam karya-karyanya itu tak ada yang dapat dijadikan sasaran kecamannya. Kalau mereka mencari bahan kecaman yang tidak punya dasar kebenaran, mereka takkan dapat mencapai tujuan. Kalau niat jahat atau rasa dengki itu juga yang mereka perlihatkan, argumentasi mereka akan jatuh dan orangpun takkan mau mendengarkan. Hal ini takkan berubah hanya dengan menuangkan rasa dengki itu ke dalam pola ilmu. Sifat dengki itu tidak pernah mengenal kebenaran. Menyedihkan sekali tentunya bila perasaan dengki itu juga yang menjadi sumber kebenaran. Inilah dasar kecaman Orientalis-orientalis itu terhadap Nabi, Rasul penutup itu. Tetapi dengan demikian kecaman mereka itupun jadi gugur sama sekali.
Sekarang saya sudahi sanggahan saya ini terhadap pendapat Orientalis-orientalis yang oleh si Muslim orang Mesir itu dijadikan pegangan dalam penulisan artikelnya. Sudah saya kemukakan dalil-dalil kelemahan pendapat mereka itu.
5:22:00 AM
thumbnail

QUR'AN TIDAK DIUBAH-UBAH

Posted by Yushan on

QURAN

Ia percaya sekali kepada kaum Orientalis dan kepada pendapat mereka. Memang ada segolongan Orientalis yang beranggapan seperti yang dikutipnya itu. Tetapi anggapan mereka ini menunjukkan, bahwa mereka terdorong oleh maksud-maksud yang tak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini sudah bukan rahasia lagi. Sebagai bukti, cukup apa yang mereka katakan, bahwa versi "Dan membawa berita gembira dengan kedatangan seorang rasul sesudahku, namanya Ahmad," yang tersebut dalam Surah "Ash-Shaf" (61) ayat 6, adalah ditambahkan sesudah Nabi wafat untuk dijadikan bukti atas kenabian Muhammad dan Risalahnya dari Kitab-kitab Suci sebelum Qur'an.

Andaikata yang berpendapat demikian ini dari kalangan Orientalis yang benar-benar jujur demi ilmu pengetahuan, tentu tidak perlu mereka bersandar kepada argumen semacam itu, yang bagi mereka juga berlaku bahwa Bible itu memang kitab-kitab suci. Kalau mereka memang mau mencari ilmu untuk ilmu, tentu akan mereka samakan Qur'an dengan kitab-kitab suci sebelum itu, yakni menganggapnya sebagai kitab suci juga dengan menyebutkan, bahwa kitab-kitab suci yang sudah dikenal orang sebelumnya adalah wajar, tak perlu lagi dibantah, atau menganggap kitab-kitab suci itu semua sama juga dengan anggapannya terhadap Qur'an. Terhadap keduanya itu pendapat merekapun tentu akan serupa, dengan menentukan bahwa itu diadakan untuk maksud-maksud agama atau politik tertentu juga. Andaikata memang ini pendapat mereka, maka selesailah sudah logika demikian itu. Pendirian mereka tentang adanya perubahan dalam Qur'an untuk maksud politik dan agama tadi, dengan sendirinya jadi gugur pula.

Bagi kaum Muslimin tidak perlu lagi mencari bukti dari kitab-kitab suci itu sesudah raja-raja mereka dan imperium Kristen seperti juga bangsa-bangsa lain di dunia menerimanya dan sesudah orang-orang Kristen sendiri beramai-ramai, bahkan bangsa-bangsa secara keseluruhan, menganut agama Islam. Inilah logika yang berlaku bagi penyelidikan yang murni ilmiah.
Adapun adanya anggapan Taurat dan Injil itu kitab-kitab suci dan menolak sifat demikian pada Qur'an, maka ini adalah hal yang tak diterima oleh ilmu pengetahuan. Sedang pendapat yang mengatakan adanya perubahan dalam Qur'an karena bukti dari Taurat dan Injil, itu adalah omong-kosong, tidak pula diterima oleh logika.

Dari kalangan Orientalis yang paling fanatik sekalipun, sedikit sekali yang beranggapan seburuk itu. Sebaliknya sebagian besar mereka sepakat, bahwa Qur'an yang kita baca sekarang ini, itu jugalah Qur'an yang dibacakan oleh Muhammad kepada kaum Muslimin semasa hidupnya, tanpa suatu cacat atau perubahan apapun.- Mereka ingin sekali menyebutkan hal ini, sekalipun - dalam bentuk kritik - mereka kaitkan dengan cara pengumpulan Qur'an dan penyusunan Surah-surah yang pembahasannya tentu di luar bidang studi ini.

Kalangan Muslimin sendiri yang sudah mencurahkan perhatiannya dalam seluk-beluk ilmu Qur'an telah menerima bermacam-macam kritik dan sudah mereka tangkis pula. Adapun yang mengenai masalah yang kita hadapi sekarang ini, cukuplah kalau kita mengutip apa yang dikatakan kalangan Orientalis sendiri dalam hal ini, kalau-kalau si Muslim Mesir yang kita bicarakan artikelnya itu akan merasa puas, demikian juga mereka yang masih berpikir semacam dia akan turut merasa puas pula.


Pendapat Muir
Sebenarnya apa yang diterangkan kaum Orientalis dalam hal ini cukup banyak. Tapi coba kita ambil apa yang ditulis oleh Sir William Muir dalam The Life of Mohammad supaya mereka yang sangat berlebih-lebihan dalam memandang sejarah dan dalam memandang diri mereka yang biasanya menerima begitu saja apa yang dikatakan orang tentang pemalsuan dan perubahan Qur'an itu, dapat melihat sendiri. Muir adalah seorang penganut Kristen yang teguh dan yang juga berdakwah untuk itu. Diapun ingin sekali tidak akan membiarkan setiap kesempatan melakukan kritik terhadap Nabi dan Qur'an, dan berusaha memperkuat kritiknya.
Ketika bicara tentang Qur'an dan akurasinya yang sampai kepada kita, Sir William Muir menyebutkan:

"Wahyu Ilahi itu adalah dasar rukun Islam. Membaca beberapa ayat merupakan bagian pokok dari sembahyang sehari-hari yang bersifat umum atau khusus. Melakukan pembacaan ini adalah wajib dan sunah, yang dalam arti agama adalah perbuatan baik yang akan mendapat pahala bagi yang melakukannya. Inilah sunah pertama yang sudah merupakan konsensus. Dan itu pula yang telah diberitakan oleh wahyu. Oleh karena itu yang hafal Qur'an di kalangan Muslimin yang mula-mula itu banyak sekali, kalau bukan semuanya. Sampai-sampai di antara mereka pada awal masa kekuasaan Islam itu ada yang dapat membaca sampai pada ciri-cirinya yang khas. Tradisi Arab telah membantu pula mempermudah pekerjaan ini. Kecintaan mereka luar biasa besarnya. Oleh karena untuk memburu segala yang datang dari para penyairnya tidak mudah dicapai, maka seperti dalam mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan nasab keturunan dan kabilah-kabilah mereka, sudah biasa pula mereka mencatat sajak-sajak itu dalam lembaran hati mereka sendiri. Oleh karena itu daya ingat (memori) mereka tumbuh dengan subur. Kemudian pada masa itu mereka menerima Qur'an dengan persiapan dan dengan jiwa yang hidup. Begitu kuatnya daya ingat sahabat-sahabat Nabi, disertai pula dengan kemauan yang luar biasa hendak nnenghafal Qur'an, sehingga mereka, bersama-sama dengan Nabi dapat mengulang kembali dengan ketelitian yang meyakinkan sekali segala yang diketahui dari pada Nabi sampai pada waktu mereka membacanya itu."

"Sungguhpun dengan tenaga yang sudah menjadi ciri khas daya ingatnya itu, kita juga bebas untuk tidak melepaskan kepercayaan kita bahwa kumpulan itu adalah satu-satunya sumber. Tetapi ada alasan kita yang akan membuat kita yakin, bahwa sahabat-sahabat Nabi menulis beberapa macam naskah selama masa hidupnya dari berbagai macam bagian dalam Qur'an. Dengan naskah-naskah inilah hampir seluruhnya Qur'an itu ditulis. Pada umumnya tulis-menulis di Mekah sudah dikenal orang jauh sebelum masa kerasulan Muhammad. Tidak hanya seorang saja yang diminta oleh Nabi untuk menuliskan kitab-kitab dan surat-surat itu. Tawanan perang Badr yang dapat mengajarkan tulis-menulis kepada kaum Anshar di Medinah, sebagai imbalannya mereka dibebaskan. Meskipun penduduk Medinah dalam pendidikan tidak sepandai penduduk Mekah, namun banyak juga di antara mereka yang pandai tulis-menulis sejak sebelum Islam. Dengan adanya kepandaian menulis ini, mudah saja kita mengambil kesimpulan tanpa salah, bahwa ayat-ayat yang dihafal menurut ingatan yang sangat teliti itu, itu juga yang dituliskan dengan ketelitian yang sama pula."

"Kemudian kitapun mengetahui, bahwa Muhammad telah mengutus seorang sahabat atau lebih kepada kabilah-kabilah yang sudah menganut Islam, supaya mengajarkan Qur'an dan mendalami agama. Sering pula kita membaca, bahwa ada utusan-utusan yang pergi membawa perintah tertulis mengenai masalah-masalah agama itu. Sudah tentu mereka membawa apa yang diturunkan oleh wahyu, khususnya yang berhubungan dengan upacara-upacara dan peraturan-peraturan Islam serta apa yang harus dibaca selama melakukan ibadat."


Penulisan Qur'an Pada Zaman Nabi
"Qur'an sendiripun menentukan adanya itu dalam bentuk tulisan. Begitu juga buku-buku sejarah sudah menentukan demikian, ketika menerangkan tentang Islamnya Umar, tentang adanya sebuah naskah Surat ke-20 [Surah Taha] milik saudaranya yang perempuan dan keluarganya. Umar masuk Islam tiga atau empat tahun sebelum Hijrah. Kalau pada masa permulaan Islam wahyu itu ditulis dan saling dipertukarkan, tatkala jumlah kaum Muslimin masih sedikit dan mengalami pelbagai macam siksaan, maka sudah dapat dipastikan sekali, bahwa naskah-naskah tertulis itu sudah banyak jumlahnya dan sudah banyak pula beredar, ketika Nabi sudah mencapai puncak kekuasaannya dan kitab itu sudah menjadi undang-undang seluruh bangsa Arab."

Bila Berselisih Kembali Kepada Nabi
"Demikian halnya Qur'an itu semasa hidup Nabi, dan demikian juga halnya kemudian sesudah Nabi wafat; tetap tercantum dalam kalbu kaum mukmin. Berbagai macam bagiannya sudah tercatat belaka dalam naskah-naskah yang makin hari makin bertambah jumlahnya itu. Kedua sumber itu sudah seharusnya benar-benar cocok. Pada waktu itu pun Qur'an sudah sangat dilindungi sekali, meskipun pada masa Nabi masih hidup, dengan keyakinan yang luar biasa bahwa itu adalah kalam Allah. Oleh karena itu setiap ada perselisihan mengenai isinya, untuk menghindarkan adanya perselisihan demikian itu, selalu dibawa kepada Nabi sendiri. Dalam hal ini ada beberapa contoh pada kita: 'Amr bin Mas'ud dan Ubayy bin Ka'b membawa hal itu kepada Nabi. Sesudah Nabi wafat, bila ada perselisihan, selalu kembali kepada teks yang sudah tertulis dan kepada ingatan sahabat-sahabat Nabi yang terdekat serta penulis-penulis wahyu."

Pengumpulan Qur'an Langkah Pertama
"Sesudah selesai menghadapi peristiwa Musailima - dalam perang Ridda - penyembelihan Yamama telah menyebabkan kaum Muslimin banyak yang mati, di antaranya tidak sedikit mereka yang telah menghafal Qur'an dengan baik. Ketika itu Umar merasa kuatir akan nasib Qur'an dan teksnya itu; mungkin nanti akan menimbulkan keragu-raguan orang bila mereka yang telah menyimpannya dalam ingatan itu, mengalami suatu hal lalu meninggal semua. Waktu itulah ia pergi menemui Khalifah Abu Bakr dengan mengatakan: "Saya kuatir sekali pembunuhan terhadap mereka yang sudah hafal Qur'an itu akan terjadi lagi di medan pertempuran lain selain Yamama dan akan banyak lagi dari mereka yang akan hilang. Menurut hemat saya, cepat-cepatlah kita bertindak dengan memerintahkan pengumpulan Qur'an."

"Abu Bakr segera menyetujui pendapat itu. Dengan maksud tersebut ia berkata kepada Zaid bin Thabit, salah seorang Sekretaris Nabi yang besar: "Engkau pemuda yang cerdas dan saya tidak meragukan kau. Engkau adalah penulis wahyu pada Rasulullah s.a.w. dan kau mengikuti Qur'an itu; maka sekarang kumpulkanlah."

"Oleh karena pekerjaan ini terasa tiba-tiba sekali di luar dugaan, mula-mula Zaid gelisah sekali. Ia masih meragukan gunanya melakukan hal itu dan tidak pula menyuruh orang lain melakukannya. Akan tetapi akhirnya ia mengalah juga pada kehendak Abu Bakr dan Umar yang begitu mendesak. Dia mulai berusaha sungguh-sungguh mengumpulkan surah-surah dan bagian-bagiannya dari segenap penjuru, sampai dapat juga ia mengumpulkan yang tadinya di atas daun-daunan, di atas batu putih, dan yang dihafal orang. Setengahnya ada yang menambahkan, bahwa dia juga mengumpulkannya dari yang ada pada lembaran-lembaran, tulang-tulang bahu dan rusuk unta dan kambing. Usaha Zaid ini mendapat sukses."

"Ia melakukan itu selama dua atau tiga tahun terus-menerus, mengumpulkan semua bahan-bahan serta menyusun kembali seperti yang ada sekarang ini, atau seperti yang dilakukan Zaid sendiri membaca Qur'an itu di depan Muhammad, demikian orang mengatakan. Sesudah naskah pertama lengkap adanya, oleh Umar itu dipercayakan penyimpanannya kepada Hafsha, puterinya dan isteri Nabi. Kitab yang sudah dihimpun oleh Zaid ini tetap berlaku selama khilafat Umar, sebagai teks yang otentik dan sah.

"Tetapi kemudian terjadi perselisihan mengenai cara membaca, yang timbul baik karena perbedaan naskah Zaid yang tadi atau karena perubahan yang dimasukkan ke dalam naskah-naskah itu yang disalin dari naskah Zaid. Dunia Islam cemas sekali melihat hal ini. Wahyu yang didatangkan dari langit itu "satu," lalu dimanakah sekarang kesatuannya? Hudhaifa yang pernah berjuang di Armenia dan di Azerbaijan, juga melihat adanya perbedaan Qur'an orang Suria dengan orang Irak."

3:13:00 AM
thumbnail

SEBAB PERMUSUHAN ISLAM KRISTEN

Posted by Yushan on


Atas semua itu harus kita selidiki sebab-sebab timbulnya permusuhan sengit dan peperangan yang begitu dahsyat yang telah dimulai oleh pihak Kristen terhadap Islam itu. Menurut hemat kita, kurangnya pengetahuan pihak Barat tentang hakekat Islam dan sejarah Nabi adalah sebab pertama yang menimbulkan permusuhan itu. Kurangnya pengetahuan ini sudah tentu merupakan sebab-sebab timbulnya sikap kaku dan fanatisma yang paling berat dan rumit. Seabad demi seabad kurangnya pengetahuan demikian ini makin bertimbun dan kemudian ia menjelma menjadi patung-patung dan berhala-berhala dalam jiwa generasi berikutnya, yang untuk menghilangkannya tentu memerlukan suatu kekuatan jiwa yang besar, seperti pada mula lahirnya kekuatan Islam dulu.


Kristen Tidak Sesuai Dengan Watak Barat
Akan tetapi kita melihat ada sebab lain di luar kurangnya pengetahuan itu saja yang telah mendorong pihak Barat menjadi fanatik dan sampai membangkitkan peperangan yang begitu fatal, sebentar-sebentar dilancarkan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Juga tidak terlintas dalam pikiran kita tentang apa yang biasa kita rasakan adanya hubungan politik yang buruk dan ingin menguasai bangsa lain untuk dieksploitir. Menurut hemat kita itu adalah akibat -bukan sebab- dan adanya fanatisma yang sudah begitu merasuk sampai ke soal ilmu dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Sebabnya ialah, menurut hemat kita, oleh karena ajaran Kristen yang mengajak orang menjauhkan kehidupan duniawi, sifat maaf dan pengampunan serta pengertian-pengertian hidup rohani yang luhur, tidak sesuai dengan perangai Barat, yang sejak ribuan tahun dalam lingkungan agama polytheisma, dan letak geografisnya menghendaki perjuangan sengit melawan iklim dingin, melawan kesulitan dan keadaan yang serba sukar. Apabila peristiwa-peristiwa sejarah mengharuskan juga Barat menganut agama Kristen ini, maka tidak bisa lain ia harus juga dilibatkan ke dalam kancah perjuangan itu dan memaksa agama itu meninggalkan sifatnya yang lemah-lembut dan indah, meninggalkan keseimbangan rohani yang seharusnya menjadi mata rantai kesatuan yang telah disempurnakan oleh Islam: yakni kesatuan yang membuat harmonis antara rohani dan jasmani, antara perasaan dan akal, emosi dan rasio, secara individu dan universal bersama-sama berada dalam hukum alam, yakni keduanya sejalan dalam ruang dan waktu yang tak terbatas.

Menurut hemat kita, inilah sumber yang menyebabkan fanatisma Barat yang memusuhi Islam, suatu sikap yang menyebabkan kaum Kristen Abisinia menjadi jijik melihatnya - tatkala kaum Muslimin mencari perlindungan pada masa mula-mula Nabi mengajak orang kepada agama Allah.

Inilah, menurut pendapat saya, sebab timbulnya ekses dan cara yang berlebih-lebihan di kalangan orang-orang Barat, baik dalam beragama maupun dalam atheisma, fanatisma yang berlebih-lebihan serta perjuangan yang tidak mengenal belas kasihan dan tidak mengenal ampun. Apabila dari mereka sejarah sudah mengenal adanya orang-orang suci, yang dalam hidup mereka mengikuti jejak Isa Al-Masih dan pengikut-pengikutnya, juga sejarah sudah mengenal kehidupan bangsa-bangsa di Barat yang selalu hidup dalam pertentangan, dalam perjuangan, peperangan-peperangan yang dahsyat, atas nama politik atau atas nama agama, dan dikenalnya pula, bahwa paus-paus atau pembesar-penmbesar gereja dan mereka yang memegang kekuasaan temporal, selalu dalam persaingan mau saling mengalahkan. Suatu saat golongan ini yang menang, nantinya yang lain lagi yang menang.

Oleh karena kemenangan terakhir dalam abad kesembilanbelas itu berada di tangan kekuasaan temporal, maka kekuasaan ini berusaha hendak membasmi kehidupan rohani atas nama ilmu pengetahuan. Ia mengira, bahwa dalam kehidupan umat manusia ilmu itu akan dapat menggantikan iman seperti dalam kehidupan rohani. Sesudah melalui perjuangan yang cukup lama, sekarang mereka mengetahui bahwa pendapat demikian itu salah sekali, dan bahwa apa yang mereka tuju itu dalam kenyataannya tak mungkin dapat dilaksanakan. Sekarang di Barat terdengar jeritan disana-sini mengajak mereka kembali mencari pegangan rohani yang sudah hilang. Mereka mencari pegangan itu d dalam maupun di luar teosofi. Sekiranya ajaran Kristen itu memang sesuai dengan naluri perjuangan yang telah dibawa oleh hukum alam sebagai sebagian cara hidup Barat, sesudah ternyata konsepsi materialisma mereka tidak berhasil memberikan konsumsi rohani, tentu akan kita lihat mereka kembali mencari pegangan agama Kristen yang begitu indah, agama Isa anak Mariam -kalaupun Tuhan belum akan membimbing mereka kepada Islam- dan tidak perlu mereka pergi berpindah ke India atau ke tempat lain, mencari pegangan hidup rohani, yang oleh manusia sangat dirasakan perlunya seperti kebutuhan bernapas; sebab ini merupakan sebagian kodratnya, bahkan merupakan sebagian dari jiwa raganya.

Catatan kaki:
Az zamani, harfiah mengenai zaman, mengenai tempo, yang secara termenologi berarti temporal. Untuk menghindarkan adanya perbedaan semantik, yang juga dapat diartikan "sementara, duniawi" atau "sekular" maka di sini saya mempergunakan istilah secara harfiah (A).

Teosofi adalah suatu ajaran yang ditanamkan oleh Madame Blavatsky dari bermacam-macam agama terutama Buddha dan Brahma. Ajaran ini mendirikan sebuah organisasi di Amerika dipimpin oleh Madame Blavatsky sendiri, bernama The Theosophical Society, dan cabang-cabangnya tersebar di beberapa tempat di Eropa. Tetapi begitu Madame Blavatsky meninggal, organisasi Teosofl inipun pecah menjadi tiga. Aktifitasnya didasarkan kepada adanya kesatuan hidup dengan mengadakan semacam latihan mistik untuk mencapai Nirwana menurut ajaran Buddha. Tingkat ini dapat dicapai bilamana dalam latihannya itu orang sudah benar-benar dapat memisahkan ruh dari pengaruh hidup kebendaan. Apabila dengan demikian ruh sudah mencapai tempat yang suci, maka ruh yang lebih tinggi dapat menghubunginya. Ajaran Teosofi menyerukan persaudaraan secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan bangsa, bahasa dan segala yang akan membatasi manusia dari tujuan tersebut.


Penjajahan Dan Propaganda Anti Islam
Ternyata imperialisma Barat memberikan bantuan dalam meneruskan serangan yang mereka lancarkan terhadap Islam dan terhadap Muhammad, dan minta mereka supaya berpendirian seperti penduduk Mekah yang menginginkan supaya agama Nasrani menderita kehinaan karena kekalahan Heraklius dan Rumawi menghadapi Persia. Pernah mereka mengatakan - dan masih banyak di antara mereka yang mengatakan - bahwa Islam itulah yang menyebabkan mundurnya bangsa-bangsa yang menganutnya dan menyebabkan mereka tunduk kepada pihak lain. Ini adalah kebohongan yang kita tolak dengan cukup mengingatkan kepada mereka yang mengatakan itu, bahwa peradaban umumnya dan kekuasaan dunia yang cukup dikenal selama berabad-abad itu berada di tangan bangsa-bangsa yang yang terdiri dari umat Islam itulah. Di sana pusat ilmu pengetahuan dan tempat sarjana-sarjana, dari sana pula datangnya pelopor kemerdekaan, yang oleh Barat belum selang lama ini baru dikenalnya. Apabila mungkin mundurnya beberapa golongan bangsa akan dihubungkan dengan agama yang dianutnya, maka agama itu tentu bukan Islam, Islam yang telah membuat orang-orang pedalaman seluruh jazirah Arab jadi bangkit dan dapat membuat mereka menguasai dunia.

Akan tetapi kemunduran bangsa-bangsa yang telah menjadi beban bagi Islam itu sangat disayangkan bila akan dihubungkan kepada agama yang sebenarnya tidak demikian; bukan itu yang dikehendaki oleh Allah dan oleh Rasul. Tapi mereka menganggap bahwa yang demikian itulah dasar agama dan barangsiapa yang menentang ia akan dianggap atheis.


Islam Dan Apa Yang Terjadi Dengan Umat Islam
Kita tinggalkan dulu bicara tentang agama ini, dan mari kita lihat sejarah orang yang membawanya - Muhammad 'alaihissalam.
Banyak buku-buku sejarah tentang kehidupan Nabi itu yang telah menambahkan hal-hal yang tak dapat diterima akal dan yang memang tidak diperlukan menambahkan demikian untuk menguatkan risalahnya itu. Dan apa yang ditambah-tambahkan, itulah yang dijadikan pegangan oleh kalangan Orientalis dan oleh mereka yang mau mendiskreditkan Islam dan Nabi, juga oleh mereka yang mau mengecam umat Islam; dijadikannya itu tongkat penunjuk dalam kecaman mereka yang akan cukup memanaskan hati setiap orang yang berpikir jujur.

Hal semacam ini dan apa yang mereka ciptakan sendiri, itulah yang menjadi pegangan mereka, lalu mereka mengatakan, bahwa mereka menulis itu berdasarkan metoda ilmiah yang modern, metoda yang mengemukakan peristiwa-peristiwa, orang-orang dan pahlawan-pahlawan. Lalu diberikannya suatu penilaian yang pantas jika dianggap pada tempatnya mengeluarkan penilaian demikian. Dan kalau kita baca dengan seksama apa yang mereka tulis itu akan kita lihat bahwa hal itu sebenarnya penuh dengan nafsu permusuhan dan caci-maki, terbungkus dalam susunan kata-kata yang tidak kurang indahnya, menarik hati mereka yang sepaham dengan anggapannya, bahwa pembahasannya itu ilmiah, terdorong hanya akan mencari kebenaran semata-mata, ingin meneropongnya dari segenap penjuru. Inilah yang dituju oleh penulis-penulis dan ahli-ahli sejarah yang fanatik itu. Hanya saja, adanya beberapa orang yang masih dapat berpikir lebih tenang - baik penulis atau sarjana -menyebabkan mereka yang berpikiran bebas itu dapat bersikap lebih adil dan jujur, sekalipun dari pihak Kristen sendiri.

Dalam berbagai macam bidang beberapa ulama Islam telah tampil dan berusaha menangkis tuduhan orang-orang Barat yang fanatik itu. Dan nama Syaikh Muhammad Abduh tentu yang paling menonjol dalam bidang ini. Tetapi mereka ini tidak menempuh metoda yang ilmiah -seperti didakwakan oleh penulis-penulis dan ahli-ahli sejarah Eropa, sebab hanya merekalah yang memakai cara itu. Maksudnya supaya dalam menghadapi lawan alasan mereka lebih kuat. Kemudian lagi ulama Islam itu - dan Syaikh Muhammad Abduh yang terutama - telah dituduh atheis dan kufur. Maka argumentasi mereka itu menjadi makin lemah di depan lawan Islam.


Sikap Jumud Di Kalangan Pemuda
Tuduhan mereka itu sebenarnya memberi pengaruh besar dalam jiwa angkatan muda Islam yang terpelajar. Terkesan di kalangan pemuda itu, bahwa atheisma dan logika sejalan dengan ijtihad (aktif), sedang iman sama dengan Jumud (pasif). Oleh karena itu jiwa mereka gelisah. Mereka pergi membaca buku-buku Barat; dengan itu mereka akan mencari kebenaran, dengan keyakinan bahwa mereka tidak mendapatkan yang demikian itu dalam buku-buku kaum Muslimin. Dengan sendirinya buku-buku agama dan sejarah Kristen tidak juga terpikirkan oleh mereka; mereka sudah hanyut ke dalam buku-buku filsafat, yang dengan gayanya yang ilmiah itu mereka mencari setitik air yang akan menghilangkan rasa dahaga akan kebenaran yang ada dalam jiwa mereka itu, dan dengan logika yang dikemukakannya sudah merupakan nyala suci yang masih tersembunyi dalam jiwa umat manusia dan dijadikannya pula alat komunikasi yang akan mengantarkan mereka kepada alam serta kebenaran yang tertinggi. Dalam buku-buku Barat, baik dalam filsafat, etika atau humanities pada umumnya banyak sekali yang akan mereka dapati dengan sangat menarik hati, baik karena gayanya yang indah, atau karena logikanya yang kuat serta apa yang tampaknya hendak memperlihatkan adanya kemauan baik dan niat yang ikhlas hendak mencapai pengetahuan demi kebenaran. Oleh karena itu jiwa pemuda-pemuda itu jadi jauh dari pemikiran tentang agama-agama semua dan tentang risalah Islam serta pembawanya.

Sikap mereka itu guna menghindarkan diri jangan sampai timbul konflik antara mereka dengan kebekuan beragama sebab mereka yakin takkan dapat mengalahkannya, juga karena mereka tidak menyadari, betapa pentingnya hubungan yang akan mengangkat martabat manusia ke tingkat yang lebih sempurna, sehingga kekuatan moralnyapun akan berlipat-ganda.
12:08:00 AM
thumbnail

MASALAH PENYALIBAN AL-MASIH

Posted by Yushan on Sunday, March 6, 2016

JESUS

Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat Islam dan Nasrani, dan menjadi puncak perdebatan antara dua golongan itu pada masa Nabi, ialah masalah penyaliban Isa untuk menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah membantah bahwa orang-orang Yahudi membunuh dan menyalib Isa. "Dan perkataan mereka bahwa: kami telah membunuh Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan begitu terbayang pada mereka. Dan mereka yang masih berselisih pendapat tentang itu sebenarnya masih ragu, sebab tak ada pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka saja, dan merekapun tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepadaNya. Maha Mulia Kekuasaan Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)
 
Kalaupun konsepsi tentang penebusan dosa anak-cucu Adam dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa yang ditulis orang tentang itu patut menjadi bahan studi dari segala seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun prinsip yang telah ditentukan Islam, bahwa orang tidak dibenarkan memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap orang pada hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia berbuat baik dibalas dengan kebaikan, kalau jahat dibalas dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua ajaran ini tidak mungkin. Di sini logika Islam sangat konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian, melihat garis perbedaan yang begitu tajam antara konsepsi penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang bapa takkan dapat menolong anaknya, dan anakpun tiada sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)
 
Tentang agama baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan bertemunya konsepsi Tauhid dengan ajaran yang dibawa Isa itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara mereka itu yang lalu beriman kepada ajaran ini.

Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum Muslimin telah turut gembira dan menganggapnya suatu kemenangan bagi agama-agama Kitab - penguasa-penguasanya tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu. Mereka memandang semua kemungkinan hanya dari segi politik semata dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama yang baru itu kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan pasukan besar-besaran - suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan pasukan Muslimin - dengan Muhammad sebagai komandannya - yang hendak menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan itu.
Sejak itulah kaum Muslimin dan kaum Nasrani berada dalam posisi permusuhan politik, yang selama berabad-abad berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama itu lingkungan kekuasaan mereka membentang sampai ke Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah timur. Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
Setelah tiba masanya sejarah harus beredar, pihak Nasrani pun mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama dan Nabi dengan cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan fitnah semata-mata. Demikian kejinya mereka itu, sehingga lupa mereka tentang apa yang pernah disampaikan Muhammad 'alaihissalam dalam hadis-hadis dan dalam Qur'an melalui wahyu yang diturunkan kepadanya, bahwa Islam mengangkat martabat Isa 'alaihissalam setinggi yang diberikan Allah kepadanya.

Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai pada pertengahan abad kesembilanbelas, sehubungan dengan adanya mereka yang berprasangka jahat terhadap Muhammad Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada itu Muhammad masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak berhasil menduduki kursi Paus, lalu menciptakan agama baru untuk membalas dendam kepada kawan-kawannya. Cerita-cerita khayal dan cabul banyak terjadi dalam sejarah hidupnya. Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri dari hasil lektur semacam itu. 'Cerita Muhaimmad' yang disiarkan oleh Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831 melukiskan kepada kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan itu tentang dia. Dalam abad ketujuhbelas Bell memberikan suatu tanggapan tentang sejarah yang sifatnya merendahkan arti Qur'an dengan suatu tinjauan berdasarkan sejarah. Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa ketentuan moral dan sosial yang dibuatnya tidak berbeda dengan ketentuan Kristen, kecuali soal hukum qishash (Lex Talionis?) dan polygyny."
 
Dari sekian banyak Orientalis yang telah membuat analisa tentang sejarah hidup Muhammad, ada seorang di antaranya yang agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama ini dengan mengatakan: "Sesudah pecah perang Islam-Kristen, dengan sendirinya jurang pertentangan dan salah-pengertian bertambah lebar, tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu sampai begitu memuncak. Sejak zaman penulis-penulis Bizantium, tanpa mau bersusah payah mengadakan studi -kecuali Jean Damasceme- telah melempari Islam dengan pelbagai macam penghinaan. Para penulis dan penyair menyerang kaum Muslimin Andalusia dengan cara yang sangat rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai seorang pendeta Rumawi yang marah dan dendam karena tidak dipilih menduduki kursi Paus ... Dan yang sebagian mengiranya ia adalah tuhan palsu, yang oleh pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa kurban-kurban manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena krisis mabuk yang jelas sekali, dan bahwa tubuhnya kedapatan terdampar di atas timbunan kotoran binatang dan sudah dimakan babi. Oleh karena itu, lalu ditafsirkan, bahwa itulah sebabnya minuman keras dan daging binatang itu diharamkan.
 
Di samping itu ada beberapa nyanyian yang melukiskan Muhammad sebagai berhala dari emas, dan mesjid-mesjid sebagai kuil-kuil kuno yang penuh dengan patung-patung dan gambar-gambar. Pencipta "Nyanyian Antakia" (Chanson d'Antioche) membawa cerita tentang adanya orang yang pernah melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas dan perak murni dan dia duduk di atas seekor gajah di tempat yang terbuat dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian Roland" (Chanson de Roland) melukiskan pahlawan-pahlawan Charlemagne menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa kaum Muslimin di Andalusia itu menyembah trinitas terdiri dari Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman de Mahomet) itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita melakukan polyandri.
 
"Cara berpikir yang penuh dengan kedengkian dan penuh legenda itu tetap menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada saja orang-orang semacam Nicolas de Cuse, Vives, Maracci, Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang lain. Mereka itu menggambarkan Muhammad sebagai penipu, dan Islam merupakan sekumpulan kaum bidat. Semua itu adalah perbuatan setan. Kaum Muslimin adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya secara sungguh-sungguh, karena sudah dianggap tidak ada artinya. Tetapi, dalam pada itu Pierre le Venerable, pengarang pertama yang telah menulis risalah anti Islam di Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan Qur'an ke dalam bahasa Latin. Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam. Innocent III pernah melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah musuh Kristus (Antichrist). Sedang abad Pertengahan menganggap Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama Kristen). Orang-orang semacam Raymond Lulle dalam abad keempatbelas, Guellaume Postel dalam abad keenambelas, Roland dan Gagnier dalam abad kedelapanbelas, Pendeta de Broglie dan Renan dalam abad kesembilanbelas, mempunyai tanggapan yang beraneka ragam. Sebaliknya orang-orang semacam Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval, Dozy, Sprenger, Barthelemy Saint-Hilaire, de Casteries, Carlyle dan yang lain, pada umumnya mereka memperlihatkan sikap jujur terhadap Islam dan Nabi, dan kadang memperlihatkan sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun 1876 Droughty bicara tentang Muhammad dengan mengatakan: "Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822 juga Foster telah mencacinya. Sampai sekarang sebenarnya masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."5
 
Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu rendah menyerangnya? Juga sudah kita lihat kegigihan mereka selama berabad-abad yang mau menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di kalangan mereka itu ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan zaman kebebasan berpikir serta adanya deklarasi persaudaraan antara sesama manusia. Dengan adanya orang-orang yang jujur dalam batas-batas tertentu telah mengurangi juga adanya pengaruh yang menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh Dermenghem itu. Di antara mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad membawakan risalah itu yang dipercayakan Allah kepadanya melalui wahyu yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani, ketinggian akhlaknya, harga dirinya serta jasanya yang tidak sedikit. Ada yang melukiskan semua itu dengan gaya yang kuat dan indah sekali. Meskipun demikian, pihak Barat masih juga berprasangka buruk terhadap Islam dan terhadap Nabi, kemudian demikian beraninya mereka itu sampai-sampai di daerah-daerah Islam sendiri kalangan misionaris melancarkan penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.

5:34:00 AM