-->
thumbnail

Hubungan Lembaga Paud dengan Orang Tua dan Masyarakat

Posted by Yushan on Tuesday, September 28, 2021

a. Hubungan lembaga PAUD dengan Orang tua dalam konteks umum 
        Berkomunikasi dengan orang tua merupakan salah satu tanggungjawab pendidik. Demikian juga dengan orang tua, mereka perlu menjalin komunikasi dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia dini. Orang tua dan pendidik saling berbagi informasi baik mengenai program lembaga maupun tentang individual anak. Orang tua dapat mengetahui program-program yang akan dan sedang dilaksanakan oleh lembaga. Di samping itu juga dapat memberi saran serta kritikan tentang pelaksanaan program – program dan saling bekerja sama demi kemajuan lembaga tersebut. Pendidik dapat menginformasikan dan berdiskusi tentang perkembangan anak selama mengikuti kegiatan di lembaga tersebut dan juga menggali informasi dari orang tua tentang berbagai hal mengenai anak tersebut. Kegiatan berkomunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Baik secara formal maupun informal, baik secara tertulis maupun lisan. Akan tetapi bukan hal yang mudah baik bagi pendidik maupun orang tua untuk menjalin komunikasi dua arah secara efektif. 

        Ada banyak kendala baik dari pendidik maupun orang tua. Panduan ini memuat tentang strategi berkomunikasi antara pendidik dan orang tua melalui papan informasi, buku komunikasi, buku profil lembaga, surat, home visit, dan pertemuan pendidik-orang tua. 

b. Tujuan keterlibatan orang tua dalam komunikasi dua arah ini yaitu: 

1. Menyampaikan informasi tentang kebijakan dan program kegiatan yang ada di lembaga. 
2. Menjalin kerjasama antara lembaga dan orang tua dalam melaksanakan program lembaga 
3. Berdiskusi tentang perkembangan anak dan permasalahan yang dihadapi oleh masing – masing 
    anak. 
4. Berbagi pengalaman dan gagasan dalam membelajarkan anak. 
5. Bertukar informasi mengenai perkembangan anak yang ada di lembaga dan di rumah. 
6. Memperoleh informasi yang membantu pemahaman mengenai berbagai aspek tentang kemajuan tumbuh kembang anak. 

c. Strategi berkomunikasi antara pendidik (pengelola Lembaga PAUD) dan orang tua melalui: 

1. Papan Informasi 
        Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjalin komunikasi dua arah antara pendidik dan orang tua adalah pengadaan papan informasi. Papan informasi adalah papan yang ditempel di dinding atau dipasang di tempat strategis sehingga mudah diakses dan dibaca oleh orang tua maupun pendidik. Papan informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menempel berbagai pesan dari pendidik yang dimaksudkan untuk diketahui orang tua peserta didik maupun pesan dari orang tua peserta didik untuk diketahui oleh pendidik. 
        1. Pesan-pesan yang dapat disampaikan pada papan informasi: 
                1. Pengumuman tentang jadwal pertemuan 
                2. Selebaran berisi informasi tentang perkembagan dan pertumbuhan peserta didik. 
                3. Hasil karya peserta didik untuk diapresiasi oleh orang tua 
                4. Foto-foto kegiatan, baik kegiatan peserta didik, kegiatan pendidik maupun kegiatan orang 
                    tua 
                5. Foto-foto peserta didik 
                6. Jadwal pembelajaran peserta didik 
                7. Instruksi untuk volunteer 
                8. Hal-hal yang relevan dengan rencana kegiatan lembaga 

           Informasi melalui papan informasi dapat merupakan pengulangan atau penguatan dari informasi yang dikirimkan melalui surat atau catatan-catatan yang ditulis melalui buku penghubung. 

        2. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat papan informasi: 
                1. Menyiapkan lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh orang tua dan pendidik 
                2. Menyiapkan papan informasi. 
                3. Menyiapkan bahan/materi. 
                4. Memasang dan menempel materi yang disiapkan 
                5. Menghias papan informasi 

            Materi yang disampaikan pada papan informasi hendaknya secara rutin diperbaharui sehingga selalu berisi informasi-informasi yang relevan dengan perkembangan kegiatan anak maupun kegiatan orang tua. Pembaharuan materi pada papan informasi dapat dilakukan setiap dua minggu, setiap bulan atau sesuai kebutuhan. Pembaharuan materi ini sangat penting untuk menarik perhatian karena jika papan dipenuhi dengan informasi yang sudah lama atau terlihat acak-acakan, pihak orang tua tidak akan melihatnya. Pelaksanaan kegiatan ini dapat melibatkan orang tua. 

            Orang tua yang tertarik menjadi volunteer dapat diikutsertakan untuk membantu memasang informasi dan menghiasnya. Di samping itu orang tua juga dapat dilibatkan untuk menyumbang hasil karyanya. 

2. Buku Profil 
        Lembaga Buku Profil lembaga merupakan salah satu media komunikasi yang penting dalam membangun keterlibatan dan peran serta orang tua dalam program pendidikan anak usia dini. Buku Profil lembaga adalah buku yang memuat informasi-informasi umum tentang profil lembaga, meliputi: 

        1. visi dan misi lembaga, Visi adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga. Misi 
            memuat langkah-langkah yang hendak dilakukan untuk mewujudkan tujuan/visi yang telah 
            ditetapkan. 

        2. program pembelajaran, 

        3. jadwal kegiatan, 

        4. daftar kelas, 

        5. daftar peserta didik, Berisi informasi tentang jumlah peserta didik, nama-nama peserta didik, 
            usia/tempat tanggal lahir. 

        6. daftar pendidik dan tenaga kependidikan 

        7. fasilitas yang dimiliki 

        8. tata-tertib dan informasi lain yang bermanfaat untuk orang tua, Beirisi aturan-aturan yang harus 
            ditaati oleh pihak-pihak yang terkait dengan lembaga, meliputi tata tertib untuk pendidik, tata 
            tertib untuk anak dan tata tertib untuk orang tua. 

3. Buku Komunikasi/ Penghubung 
        Buku komunikasi adalah suatu media berbentuk buku yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua.Buku ini memuat catatan singkat yang menggambarkan keberhasilan yang spesifik, keterampilan atau perilaku baru serta saran-saran untuk kegiatan dirumah. Buku ini berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara guru dan orang tua peserta didik, sehingga harus dapat diisi oleh kedua belah pihak. 
        Pihak orang tua didorong untuk mengirimkan catatan-catatan penting kepada pendidik dan sebaliknya pendidik juga harus aktif mengirimkan catatan-catatan penting tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertukaran catatan dan tanggapan ini penting agar masing-masing pihak yaitu pendidik dan orang tua saling bekerjasama untuk mendorong kemajuan anak. Catatan-catatan dalam buku komunikasi dapat digunakan sebagai dasar bagi orang tua maupun pendidik untuk menentukan materi atau program yang sesuai dengan kebutuhan anak. Tindak lanjut dari catatan-catatan dalam buku komunikasi adalah berupa pertemuan langsung antara pendidik dan orang tua. 

4. Surat 
        Surat adalah cara lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua. Komunikasi melalui surat dapat dilakukan secara rutin yaitu mingguan atau bulanan sehingga orang tua menerima informasi secara konsisten atau sesuai dengan kebutuhan. Topik surat bervariasi sesuai dengan kebutuhan. 

5. Home Visit 
        Home visit merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik dengan mengunjungi rumah orang tua peserta didik. Home visit ini memiliki makna penting untuk membangun hubungan yang solid antara pendidik dan orang tua. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada awal dan akhir tahun ajaran. Namun demikian home visit juga dapat dilakukan ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung ditahun tersebut. Jika pendidik tidak sanggup untuk mengunjungi dua atau tiga orang tua di rumah, dia dapat mengundang mereka dalam pertemuan khusus di lembaga. Beberapa orang tua mungkin lebih suka diundang dalam pertemuan dalam kelompok kecil. Jika orang tua tidak dapat datang ke lembaga dan pendidik tidak dapat berkunjung ke rumah, maka pendidik dapat mengundang mereka untuk bertemu di tempat lain sesuai kesepakatan. Pertemuan di tempat yang netral mungkin membantu orang tua merasa nyaman. Jika tidak mungkin, pendidik dapat mencoba kontak melalui telepon, atau surat. 

6. Pertemuan Orang tua dengan Pendidik (pengelola Lembaga) 
        Pertemuan pendidik dan orang tua merupakan salah-satu kegiatan yang dapat mendorong komunikasi antara mereka. Kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin sesuai kebutuhan lembaga. 

7. Mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal 
        Komunikasi yang sudah terbangun antara pendidik-orang tua perlu senantiasa dipererat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Strategi komunikasi yang sudah disebutkan di atas adalah upaya membangun komunikasi secara formal dan terencana secara sistematis. Berikut ini adalah upaya mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal dan tidak memerlukan perencanaan khusus. 
1. Waktu orang tua mengantar dan menjemput anak 
2. Menggunakan telephon 
3. Bertemu di luar lingkungan lembaga PAUD 
4. Melakukan kegiatan parenting 

2. Hubungan Lembaga PAUD dengan masyarakat dalam konteks umum 
        Pada umumnya sekolah merupakan tempat anak didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman, pengetahuan, keterampilan sehingga anak didik akan mendapat bekal hidup kelak bekerja di lingkungan masyarakat luas. 
        Anak usia dini pada hakikatnya adalah manusia yang memerlukan bimbingan, secara kodrati seorang anak sangat perlu pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa. Masyarakat sebagai lingkungan terbesar dalam kehidupan, berguna untuk melatih jiwa anak dalam bersosialisasi terhadap masyarakat, seperti bermain dan bergaul. Yang harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak misalnya anak yang terdidik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa akan cenderung menjadi manusia yang religius pula. Lingkungan dan keluarga sebagai pendidikan kedua setelah sekolah, orang tua memiliki peran yang cukup strategis dalam membantu guru memaksimalkan proses pembelajaran bagi anak-anak usia prasekolah. 
        Dalam menyikapi berbagai perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat dalam masyarakat, maka orang tua harus memiliki pegangan edukatif dalam menciptakan suasana pembelajaran. Tugas pokok orang tua dan masyarakat yang dapat diberdayakan guru dalam meningkatkan perannya adalah : 

a. Memberi nama yang tepat. 
        Pemberian nama akan memberi identitas kepada anak. Dengan berbagai kemajuan dan perubahan sosial nama anak semakin baik dan beragam, namun identitas keklaminan justru sangat penting. 

b. Kebiasaan memberikan pakaian yang sesuai. 
        Berikan pakaian yang sesuai dengan anak agar nantinya Orang tua tidak bingung dengan kebiasaan anak yang kelaki-lakian atau keperempuan-perempuanan akibat dari seringnya memberikan pakaian yang tidak sesuai. 

c. Pemilihan warna yang tepat, sebab warna dan motif juga sangat berpengaruh terhadap identitas kekelaminan. 

d. Pengembangan hobi yang menunjang. 
        Kecenderungan biasanya terbaca sejak kecil sehingga pengembangan hobi yang sesuai akan memberikan bekal yang baik untuk perkembangan anak. 

e. Memberikan batasan-batasan, aturan-aturan dengan bimbingan yang tepat 

f. Memperhatikan tugas dalam rumah tangga secara tidak langsung anak akan memperhatikan dan mengerti akan tugas dan kewajibannya.
10:21:00 AM
thumbnail

Peran Masyarakat dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Posted by Yushan on Monday, September 27, 2021

        Sungguh suatu hal yang ironis, betapa tekhnologi modern ternyata belum bisa memberi manfaat atau efek yang positif pada anak-anak. Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak zaman sekarang ini lebih banyak dipengaruhi oleh Televisi, dimana tak ada filter yang bisa menyaring secara efektif hal hal yang baik untuk anak. Kita juga bisa membedakan bahwa di lingkungan pedesaan dengan lingkungan perkotaan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal pendidikan. Dimana di Perkotaan Anak-anak usia dini sudah banyak yang tersentuh oleh pendidikan untuk anak usia dini. 

        Melihat dari perkembangan anak yang memerlukan perhatian khusus oleh orang tua, Pendidikan Anak Usia Dini perlu tersosialisasikan kepada masyarakat, agar visi Paud dapat tercapai sebelum anak tersebut masuk kesekolah dasar. Masyarakat yang peduli dengan anak-anak akan sangat antusias sekali untuk bahu membahu dalam mengembangkan kualitas PAUD. Meski PAUD yang didirikan masyarat masih berada dalam jalur nonformal namun sudah menggunakan kurikulum dengan menu generik. Ada beberapa strategi masyarakat dalam mendirikan PAUD: 

1. Memegang prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat, sehingga masyarakat dapat dilibatkan sejak identifikasi kebutuhan , merancang program , melaksakannya dan mengawasinya. 

2. Fleksibel yakni baik tempat, waktu , maupun saran ayang digunakan. Yang paling penting aman dan tidak mengganggu waktu tidur siang anak. 

3. Tidak harus dimulai dari nol, bisa dengan mengembangkan fasilitas yang sudah ada seperti, Posyandu, BKB, SPS, ataupun Majelis Ta’lim. 

4. Yang Mudah, Murah, tetapi harus bermutu. Yaitu PAUD nonformal bukan berarti gedung yang megah dan berfasilitas lengkap tetapi menjadi satu tolak ukur dimana anak merasa diperhatikan, diberi kesempatan, diberikan kebebasan mengungkapkan kemampuanya, didengar isi hatinya tanpa ada paksaan/ ancaman/ tekanan terhadap dirinya serta mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan Usianya. 

        Dalam penyelenggaraanya sendiri PAUD nonformal diharuskan tidak kaku, maksudnya jika sudah ada keinginan dari masyarakat untuk mendirikan PAUD segeralah untuk memulainya meskipun belum mendapatkan ijin. Untuk sementara waktu sebelum dibuat kurikulum, maka bisa menggunakan kurikulum dengan Menu generik. Sambil berjalan, penilik PLS/ PAUD memantau, membina, dan mengarahkan hingga mendapatkan izin operasional. Sehingga dalam jangka waktu minimal 6 bulan setelah program berjalan, PAUD sudah mendapatkan ijin dari Dinas Pendidikan.
10:15:00 AM
thumbnail

Peran Orang Tua pada Pendidikan Anak Usia Dini

Posted by Yushan on Sunday, September 26, 2021

        Masa depan anak sesungguhnya ada ditangan kedua orang tuanya, bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan buah hatinya niscaya masa depan anaknya akan jauh lebih baik. Pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah. Pendidikan usia dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang memegang kendali dalam perkembangan kehidupannya. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua dalam pendidikan islam memiliki kewajiban dan tanpa ada yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat pemelihara, pengasuh, pembimbing maupun sebagai guru dan mereka sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. 

        Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor alam dan lingkungan, oleh karena itu perlu adanya peran orang tua serta pihak lain seperti guru dan masyarakat untuk membantu proses tersebut agar kedewasaan seorang anak tidak terhambat. Orang tua dan guru juga perlu memahami arti kreativitas dan bagaimana penampilannya jika dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak dan mereka perlu memiliki keterampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya kreatifnya, menyadari pentingnya kreativitas bagi anak dan bagi pendidik sendiri mampu menemukan kendali kreativitas pada anak dan membina mereka mengembangkan kesediaan dan keberanian untuk mewujudkan kreativitas mereka. Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. 

        Mengembangkan kreativitas sejak dini itu sangat penting bagi perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku kreativitas alamiah anak pra sekolah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru dan masyarakat bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan social yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.
10:12:00 AM
thumbnail

PENANAMAN NILAI KARAKTER SIKAP GOTONG ROYONG, KERJA SAMA DAN TANGGUNGJAWAB PADA ANAK USIA DINI

Posted by Yushan on Sunday, February 14, 2016

A. Gotong Royong

Gotong royong adalah sikap melakukan secara bersama-sama suatu pekerjaan fisik yang berat agar pekerjaan yang awalnya berat menjadi ringan dan mudah. Gotong royong juga berarti bekerja bersama sama untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan.

Di dalam pelaksanaan penanaman sikap gotong royong pada anak usia dini maka seorang pendidik harus menerapkan metode yang tepat dalam melakukan hal tersebut. Pendekatan secara individu pada anak usia dini adalah salah satu cara yang paling tepat dalam melakukan penanaman nilai sikap gotong royong pada anak.

Anak pada tahap usia dini, seorang anak akan mencoba belajar untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Maka seorang pendidik dalam momen tertentu harus jelih dalam melihat situasi yang terjadi pada anak. Ketika seorang anak sangat ingin bersosialisasi dengan teman mereka, seorang pendidik dapat berfungsi sebagai fasilitator dalam membangun social yang baik kepada semua anak.

Cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai gotong royong pada anak yaitu dengan menerapkan kegiatan kebersihan di sekolah. Sebelum melaksanakan kegiatan kebersihan ini, seorang guru atau pendidik mengajarkan pada betapa pentingnya menjaga kebersihan dalam kehidupan sehari hari. Dengan merapkan hal tersebut maka seorang guru atau pendidik telah menanamkan nilai gotong royong di dalam pribadi masing masing anak usia dini.

B. Tolong Menolong

Tolong menolong adalah termasuk persoalan persoalan yang penting dilaksanakan oleh seluruh ummat manusia secara bergantian. Sebab tidak mungkin seorang manusia akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain.

Tugas sorang pendidik atau guru yaitu memberikan pemahaman dan penanaman nilai sikap tolong menolong kepada anak usia dini dengan mengajarkan manfaat dari sikap saling tolong menolong sehingga dalam diri anak usia dini secara tidak langsung akan timbul kesadaran untuk saling membantu dan menolong anatar sesam.

Tolong menolong adalah suatu keharusan, apalagi jika sikap ini dapat ditanamkan kepada anak usia dini. Pada dasarnya anak sangat senang menolong temannya misalkan ketika ada beberapa orang anak yang sedang berjalan, kemudian salah seorang temannya terjatuh di jalan maka yang lainnya akan menolong temannya.

Seorang anak akan sangat senang untuk menolong sebab dengan menolong seoorang anak akan mendapatkan banyak manfaat seperti:

1. Mendapatkan kepercayaan dari orang terdekat. Kepercayaan adalah suatu yang sangat sulit di dapat. Namun, karena suka menolong teman temannya, mereka dengan senang hati memberikan kepercayaan kepada anak tersebut. Tak jarang melalui hal tersebut para anak usia dini akan saling berbagi rahasia. Mereka akan saling mempercayai dan itulah yang menjadi anugrah bagi mereka yang serring menolong antara satu dengan yang lainnya.

2. Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan. Berkat tolong menolong, segala urusan yang mereka hadapi menjadi cepat teratasi sehingga menciptakan jiwa kepahlawanan kepada setiap anak.


C. Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap manusia dibebani tanggung jawab. Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradap. Manusia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan.

Manusia dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab apabila dia mampu membuat pilhan dan membuat keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dalam dirinya maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya. Dengan kata lain manusia betanggung jawab apabialh dia mampu bertindak atas dasar keputusan moaral atau moral decision (H. Kirschenbaum and S.B Simon).

penanaman sikap tanggung jawab pada anak usia dini merupakan hal sangat mendasar yang harus dilakukan oleh seorang guru atau pendidik agar anak dapat menjadi seorang manusia yang berguna bagi Negara, Bangsa dan Agama.

Untuk dapat menanamkan nilai sikap tanggung jawab kepada anak maka dapat dilakukan beberapa cara diantaranya adalah memberikan pengajaran dan pemahaman secara terus menerus kepada anak tentang pentingnya sorang anak yang harus memiliki tanggung jawab kepada orang orang dekat di sekelilingnya.

Selanjutnya anak dapat diberikan tanggung jawab secara langsung untuk memimpin teman sekelasnya dengan bantuan bimbingan dari guru kelasnya.
1:11:00 AM
thumbnail

PANDANGAN YUSHAN TENTANG REALITA PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KASUS KORUPSI INDONESIA DI TAHUN 2015-2016

Posted by Yushan on Saturday, February 13, 2016

yushanyunus.blogspot.com
Pendidikan saat ini di tahun 2015 - 2016 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambah banyaknya sekolah/perguruan tinggi yang didirikan, meningkatnya jumlah masyarakat yang mengenyam pendidikan mulai dari segi pendidikan Umum, Agama, hingga pendidikan yang bersifat seni dan kearifan lokal serta hasil yang telah tercetak mulai sarjana, master hingga professor. Saat ini negara Indonesia mungkin bangga memiliki prestasi demikian, namun menurut penulis sendiri hal ini belumlah cukup untuk membuat kita bangga dengan negara kita. 

Harus penulis akui bahwa semakin hari, orang cerdas di Indonesia semakin terus bertambah dan meningkat dengan bukti melihat realita yang ada setiap tahunnya yakni semakin bertambahnya jumlah sarjana, master, dan professor yang telah tercetak di Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya prestasi tersebut ada sesuatu yang mengganjal di hati nurani penulis dimana peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi pendidikan di Indonesia, diiringi pula dengan peningkatan jumlah koruptor di negri ini. Aneh memang...... 

Menurut penulis tentunya hal ini terjadi dikarenakan salah satu faktor yakni individu-individu yang tidak mampu untuk menahan diri ketika diperhadapkan dengan persoalan sosial - ekonomi, dimana dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah kegiatan meminta atau menerima sesuatu dari orang lain baik itu berupa pelayanan, barang yang bernilai tinggi dan uang yang tak semestinya diterima oleh individu tersebut karena berdampak negativ terhadap Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia yang tentunya hal tersebut juga melanggar aturan dan Undang-undang Negara Republik Indonesia.

Selain yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, ada lagi yang lebih memprihatinkan yakni beberapa tokoh pendidik Islam yang notabenenya adalah seorang ulama yang memiliki pemahaman ajaran Islam yang tinggi dan menurut masyarakat pada umumnya yakin bahwa seorang ulama pasti memiliki ke-Imanan yang kuat karena senantiasa berjalan di jalan kebenaran dan keselamatan yakni Islam, ketika diperhadapkan juga dengan hal yang sama seperti di atas ternyata juga tak mampu menahan diri dari rayuan iblis dan syetan yang ia telah ketahui nantinya akan membawa diri mereka ke jalan menuju neraka.

kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis saat ini bahwa Kecerdasan, Prestasi, ke-Imanan dan ke-Taqwaan seseorang tidak menjamin untuk dapat mengikis dan memangkas habis persoalan korupsi yang sudah ada dan semakin bermunculan di Negeri ini.

Mungkin inilah pandangan penulis tentang pengaruh pendidikan Islam terhadap persoalan korupsi yang melanda Negara Indonesia di tahun 2015-2016.

Tulisan ini bukan hanya ditujukan kepada pejabat negara saja akan tetapi juga kepada semua warga Indonesia pada umumnya.

Harapan bangsa ada di tangan generasi muda terbaik Indonesia, semoga visi misi bangsa yang selama ini kita perjuangkan, sejak masa periode pra orde lama hingga saat ini dapat terwujud secara maksimal. Amin...
Terima Kasih.

Sulawesi Selatan, Bone, 13 Februari 2016
Penulis


Yushan



4:32:00 AM
thumbnail

TOKOH - TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA PART 2, KYAI AHMAD DAHLAN

Posted by Yushan on

Biografi Kyai Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.

Kemudian beliau mulai mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia. Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.

Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu.

Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW.

Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang.

Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-kader terpercaya, sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif.

Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.

Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang. Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961
1:36:00 AM
thumbnail

TOKOH - TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA PART 1, KIHAJAR DEWANTARA

Posted by Yushan on

Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan nasional yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Terlahir dari keluarga bangsawan Yogyakarta, ia mempunyai nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat lalu berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara seperti yang kita kenal saat ini pada saat usianya 33 tahun.

Sebagai seorang yang lahir dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara termasuk beruntung karena bisa mengenyam pendidikan pada masa itu. Ia menamatkan sekolah dasar di ELS (Europeesche Lagere School) dan sempat melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) meskipun tidak sampai tamat lantaran sakit.

Suwardi muda bekerja sebagai penulis dan wartawan di berbagai surat kabar seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Sebagai seorang penulis, ia dikenal karena tulisannya yang peka terhadap masalah-masalah sosial, terutama tentang masalah kolonialisme Belanda di tanah air.

Pada tahun 1913, pemerintah kolonial Hindia Belanda berniat mengumpulkan uang sumbangan dari penduduk pribumi dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Belanda dari Perancis. Hal tersebut langsung menimbulkan banyak kritikan pedas dari para kaum nasionalis, termasuk Suwardi. Ia lalu membuat tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker. Akibat dari tulisannya ini, Suwardi yang saat itu berusia 24 tahun ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Keputusan sepihak pemerintah kolonial ini langsung mendapat protes dari dua sahabat Suwardi yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Akhirnya, Suwardi dan kedua rekannya yang kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai itu diasingkan ke Negeri Belanda.

Sepulang dari pengasingan pada bulan September 1919, Suwardi yang saat itu berusia 33 tahun memilih untuk menghilangkan gelar kebangsawanan dari namanya dan berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara kemudian bergabung dengan sekolah untuk anak-anak pribumi yang dibina oleh saudaranya. Berbekal pengalaman mengajar tersebut, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922.

Prinsip-prinsip ajaran Ki Hajar Dewantara yang menjadi pedoman di Taman Siswa antara lain:

1. Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberikan teladan).

2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat).

3. Tut wuri Handayani (dari belakang memberi dukungan).

Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara sempat menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia yang pertama. Pada tahun 1957, beliau mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada. Sekitar dua tahun setelah menerima gelar tersebut, Ki Hajar Dewantara meninggal dan di makamkan di kota kelahirannya Yogyakarta pada tanggal 28 April 1959.

Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 28 November 1959 melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959. Untuk menghormati jasa-jasa beliau sebagai bapak pendidikan nasional, tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara yaitu 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
1:32:00 AM
thumbnail

PEMBELAJARAN KONSEP BILANGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

Posted by Yushan on Wednesday, February 10, 2016

yushanyunus.blogspot.comPembelajaran Kosep Bilangan di Taman Kanak-Kanak

Belajar matematika terjadi secara alami pada saat anak bermain. Anak usia dini menemukan, menguji, serta menerapkan konsep bilangan secara alami hampir setiap hari melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, misalnya menanyakan berapa umurnya, dengan cara mengangkat tangan dan menunjukkan jarinya lima. Bahkan usia libih muda, anak yang berumur satu tahun mulai mengenal angka seprti dari lilin ulang tahun yang diletakkan diatas kue ulang tahunnya.

Secara umum pemainan matematika di Taman Kanak-Kanak bertujuan agar anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajarna konsep bilangan dalam suasana yang menarik, aman, nyaman dan menyenangkan. Sehingga diharapkan nantinya anak akan memiliki kesempatan dalam mengikuti pembelajaran berhitung sesunggunya disekolah.

Departemen Pendidikan Nasioanal (2007: 8) Matematika merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu tahap dari yang kongkrit kearah yang abstrak, tahapan tersebut meliputi:

a. Kongkrit:

Berikan anak material yang nyata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemapuan verbal anak.

b. Visual:

Perlihatkan anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep.

c. Simbol:

Perkenalkan simbol-simbol yang mewakili konsep

d. Abstrak:

Anak memahami betul konsep bilangan.

Urutan-urutan proses belajar tersebut sangat penting untuk dilakukan karena anak memerlukan berbagai pengalaman yang nyata dengan benda yang nyata pula sebelum berlanjut ke visual maupun abstrak.

Pembelajaran matematika berdasarkan konsep yang benar, menarik dan menyenangkan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, untuk itu guru menciptakan kegiatan belajar melaluai bermain yang harus menarik dan menyenangkan seta dapat memenuhi rasa keingintahuan anak. Sebagai contoh Ani seorang anak yang berumur 5 tahun diajak oleh guru bermain pesona matematika dikantong pintar yang telah dihiasi pita warna-warni. Ibu guru mengajak Ani dan teman-temannya bernyanyi dengan lagu yang bertemakan “angka” setelah selesai anak diminta memasukkan tangganya ke dalam kantong pintar tersebut dan mengambil kartu angka secara acak, kemidian setiap anak harus menyebut angka berapa yang didapatnya. Kegiatan ini diulang-ulang sampai anak diperkirakan mampu mengenal konsep anka dengan baik.

Pembelajaran matematika berdasarkan konsep yang benar, enarik da menyenangkan bukanlah suatu pekerjaan melalui bermain yang harus menarik dan menyenangkan serta dapata memenuhi rasa keinginan anak.


2. Indikator Konsep Bilangan

Yuliani Nurani Sujino dkk (2008: 10.21) menyatakan indikator-indikator konsep bilangan sebagai berikut:

a)Membilang atau meyebut urutan 1-10 b) membilang dengan menujjukan benda-benda (mengenal konsep bilangan sampai 10 dengan benda-bendda) c) menunjukan urutan bilangan sampai 10 dengan benda-benda d)menghubukan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda e) menujukan dua kumpulan yang sama, tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.

Program matematika yang bak dalah apabila program itu memungkinkan anak-anak dapat mengumpulkan informasi (hal-hal baru), belajar hal-hal yang sesuai untuk menjabarkan informasi itu, dan belajar untuk menerpakan informasi bahwa ia memecahakan masalah.

3. Strategi Guru dalam mengenalka Konsep Bilangan

Seorang guru haurus memiliki strategi khusus untuk menyampaikan sebuah materi matematika yang menurut konsep bilangan, ketika menyampaikan sebuah materi matematika yang memuat konsep bilangan, ketika menyampaikan materi hendeknya guru memberikan materi yang sederhana dan tidak rumit, kemudian secara bertahap meningkatkan kearah yang lebih matang. Bentuknya bisa berupa tebak gambar, loncat bilangan dan permainan-permainan lainnya yang menarik. Sala satu cara yang paling efektif dalam mengembangkan kemampuan mengenal angka kepada anak didik adalah menciptakan suatu kebiasaan suatu kebiasaan yang berkaitan langsung dengan bilangan.

Menurut Igrea Siswanto (2008: 51) strategi guru dalam mengenalkan konsep bilangan pada anak yaitu dengan:

a. Mengunakan kata bilangan 1-10
b. Menggunakan alat peraga langsung
c. Bermain dengan menggunakan kubus
d. Dengan bernyanyi

Berikut akan dijelaskan secara permainan mengenalkan konsep bilangan pada anak di Taman Kanak-Kanak, yaitu dengan cara:

a) Mengunakan Kartu Bilangan 1-10

Kartu bilangan adalah kartu yang berisi bilangan yang dimulai dari angka 1. Dengan kartu bilangan, anak dapat mengenal angka 1 sampai 10 saat mereka di kelompok A, dan mengenal angka 1 sampai 20 saat mereka di kelompok B. Kartu angka dimasukan untuk membantu anak membelajarkan angka, urutan angka, bentuk angka, dan korespondasi antara bunyi dan simbol. Usaha pengenalan awal usia prasekolah pada literasi pada angka-angka tertentu, tidak langsung berwujud angka-angka, tetapi sebaiknya diberikan bersama dengan gambar-gambar tertentu yang sudah dikenal atau yang segaja akan diperkenalkan kepada anak.

Huck (Burhan Nurgiyanto, 2005: 136) “Ada banyak cara untukmengerjakan angka dan konsep angka kepada anak diusia awal, dan yang paling ideal adalah lewat benda-benda konkret.” Misalnya dengan kotak-kotak balok yang segaja dirancang untuk maksud mengajarkan angka dan konsep bilangan atau kartu bilangan lewat pembelajaran ini anak hanya dapat melihat benda-benda dan objek dengan menujuk bilangan yang dimaksud.

b) Menggunakan alat peraga

Salasatu cara yang paling efektif dalam mengembangakan kemampuan berhitung dan mengenal angka kepada anak didik adalah dengan menghitung langsung misalnya dengan menghitung langka kaki’ menghitung teman laki-laki dan menghitung jumlah anak perempuan pada saat anak sedang bermain dan banyak lagi cara yang dapat guru lakukan agar anak dapat mengenal konsep bilangan pada anak. Jika anak sudah memiliki kebiasaan yang berkaitan dengan bilangan, akan terbentuk krakter bilangan dalam diri anak didik seingga akan berkembang pada pengenalan bilangan selanjutnya.

Menurut Igrea Siswanto (2008) contohnya adlah dengan:

1. Guru menjelaskan kepada anak bentuk segi empat didalam ruangan itu seprti meja, lemari, jendela, dan kotak buku.
2. Bentuk segi tiga sebagai atap rumah.
3. Bentuk lingkaran terdiri dari bola,jam dinding, globe dan piring
4. Guru meminta kepada anak menghitung jumlah bentuk segi tiga empat yang ada dalam ruangan dan menunjukkan angkanya.
5. Lakukan permainan tadi sampai semua bentuk yang ada dalam ruangan sudah dihitung dan semua anak mendapat giliran.

c) Bermain dengan mengunakan kubus

Dalam perkembangan seorang anak, banyak keterampilan dan pengetahua yang dimilikinya diperolah melalui belajar dan bermain. Melalui bermain anak dapat mengenal dunia sekitarnya maupun benda-beda yang ia dalam bermain. Oleh karena itu bermain sambil belajar atau sebaliknya itu menyenangkan. Salah satunya dengan mengunakan kubus.

Langka-langka bermain menggunakan kubus menurut Igrea Siswanto (2008) dengan cara:

1. Kubus disiapakn sebanyak mungkin
2. Mintalah anak membilang kubus sampai 10 secara berhitung
3. Mintalah anak membilang dan membuat urutan bilangan sampai 10
4. Dalam permainan ini anak di minta untuk membilang sendiri tanpa bantuan dan diharapakn dalam permainan ini semua anak mendapatkan giliran.
d) Dengan bernyanyi
Setiap anak TK pasti bisa melakukan kegiatan bernyanyi. Anak dan legiatan menyanyi adalah dua sisi yang dapat pisakan. Betapapun tidak setiap anak memiliki bakat dan potensi yang cukup untuk bernyanyi secara baik, namun hal itu cukup menggabarkan bahwa pada hakikatnya anak memiliki sifat estetika yang perlu dikembangkan oleh para orang tua maupun pendidik.

Pendekatan dan penerapan metode menyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang nyata maupun membuat metode menyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang nyata maupun membuat anak senang dan gembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada, seta ritmik yang memperindah suasana pembelajaran. Tentu hal itu harus semaksimal mungkin dijadikan sebagai sarana kemunikasi pada anak didik.

Menurut Prasajo (2010) langkah-langkah mengenalkan konsep bilangan dengan bernyanyi dapat dilakukan dengan cara:

1. Cara bermainnya dengan menyanyikan lagu.
2. Ubalah kata-katanya sehingga menjadi petunjuk untuk berhitung.
3. Berilah perinta kepada anak sesuai dengan lagunya. Kegiatan ini diberikan agar anak tidak merasa bosan dan jenuh pada kegiatan dan tugas yang diberikan sehingga anak merasa senang untuk mengikuti pembelajaran
11:43:00 AM
thumbnail

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA DALAM PEMBELAJARAN

Posted by Yushan on Sunday, February 7, 2016

1. Kartu Angka


yushanyunus.blogspot.comSecara umum ada baiknya untuk memberikan pengertian satu per satu tentang kartu angka. Menurut departemen pendidikan nasional (2005:510) ”kartu merupakan kertas tebal, berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, termasuk keperluan belajar)”. Sedangkan pengertian angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan. Contonya, bilangan 5 dingunakan untuk melambangkan bilangan 5 disebut sebagai angka.

Berdasarkan pengertian diatas, secara umum kartu angka dapat diartikan sebagai kertas tebal berbentuk persegi panjang berisi lambang bialangan yang memeiliki arti dan makna tertentu.

Kartu angka umumnya ditemukan pada proses pembelajaran di taman kanak-kanak. Kartu angka adalah kartu yang dapat dibuat sendri oleh guru dimana diatas kartu ditulisakan lambang bilangan yang disebut angka.

Dengan disajikannya konsep abstarak matematika dalam bentuk konkrik, maka anak pada tingkat-tingka lebih rendah akan lebih memahami. Anak akan menyadari adanya hubungan pembelajaran dengan yang ada disekitanya. “konsep-konsep abstrak yang konkrik, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru” (rusffendi, 1997: 227-228).

Kartu angka merupakan media tau alat dalam mencapai suatu keberhasilan dalam suatu tujuan yang ditetapkan olewh seorang guru atau pendidik. Berkaitan dengan media, secara umum media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesang atau impormasi. Menurtut pendapat dari Oemar Hamali (1994: 12) mengatakan bahwa: Media pembalajaran adalah metode atau tehnik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Gagne (Rahadi 2003: 10) mengungkapkan bahwa media sebagai komponen dalam lingkungan siswa dapat merangsang mereka un tuk belajar. Selanjutnya dikemukakan pendapat Mujianto (2007) media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

Kedua pengertian diatas, nampak jelas bahwa penggunaan kartu angka dalam proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai media belajar karna mampu memberi rangsangan kepada anak didik untuk merasa senang dalam proses pembelajaran. Dengan bermain mengunakan kartu angka tersebut anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran berhitung dengan gembra dengan bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak, sehingga minatnya dalam kegiatannya berhitung semakin besar dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan kartu angka dalam proses belajar mengajar akan membantu guru mempermudah memahaman angka demi angka yang terdapat pada kartu angka kepada anak didik ditaman kanak-kanak.

2. Kemampuan berhitung

Pengertian kemampuan berhitung ada baiknya diuraikan satu per satu yaitu kemampuan berasal dari kata “mampu” menurut Departeman Pendidikan Nasional (2005: 707) kata mampu berati kuasa, (bisa sanggup) melakukan sesuatu; dapat, kaya dan seterusnya. Dengan demikian kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, dan yang dimiliki seseorang. Sedangkan Pengertian berhitung yaitu segalah ahal yang melibatkan angka dan bilangan. Berhitung merupakan bagian dari matematika, karna dalam matematika terdapat proses mengelola angka-angka. Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika pun bersifat khas yaitu abstrak, kosisten, berfikir deduktif, (Hudojo, 1988: 3). Berhitung juga digunakan pada ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu fisika, kimia, ekonomi, biologi dan sebagainya. Ilmu-ilmu itu menggunakan angka dan bilangan yang tentunya akan melibatkan proses berhitung.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengelolah angka-angka dalam kehidupan sehari-harinya. Secara umum kemampuan berhitung dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran koknitif ataupun mengembangkan kemampuan seseorang dalam berhitung yang sudah dikuasainya.

3. Upanya guru mengembangkan berhitung anak

Proses pembelajaran pada taman kanak-kanak merupakan proses pembelajaran yang bertuajuan memberikan pondasi, tatanan, dan landasan keilmuan yang mendasar sehingga mampu mengembangkan keilmuan dan pengetahuannya sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, hendak seseorang guru taman kanak-kanak memiliki kemampuan untuk memberikan kemampuan pada anak didiknya sehingga anak didik mengerti dan memahami bilangan yang diberikan oleh gurunya. Dengan kata lain, seorang guru berupanya agar anak didik dapat mengembangkan kemapuan berhitung yang dimilikinya.

Berdasarkan urainya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemnampuan berhitung anaka dalam kaitanya dengan proses pembelajaran di taman kanak-kanak adalah langka yang dilakukan oleh guru taman kanak-kanak dengan memberikan pengetahuan dan mengerti bilangan/angka tersebut dalam kehidupan sehaari-harinya.

4. Indikator berhitung

Ada beberapa indikator berhitung yang perlu di ketahi, sebagai berikut:

a. Anak didik mengenal hitungan 1-10

b. Anak didik menyebut urutan bilangan 1-10

c. Anak didik menghubungkan konsep bialangan dengan lambang bilangan.

Berdasar uraian di atas, maka disimpulkan bahwa pembelajaran berhutung adalah langka-langka yang dilakukan oleh guru dalam proses perkembangan kognitif anaka usia taman kanak-kanak sehingga mampu memahami dan mengembangkan kemampuan berpikir dan mengelolah angka-angka seta dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

5. Manfaat pembelajaran mengunakan kartu angka

Pembelajaran berhitungmerupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan khususnya pada anak didik usia taman kanak-kanak. Adapun tujuan penggunaan kartu angka sebagai media pembelajaran bagi anak didik usia taman kanak-kanak yaitu :

a. Dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengenal lambang bilangan;

b. Dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam menyebut/ membilang lambang bilangan;

c. Dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam menghubungkan/ memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan.

Untuk meningkatkan kemampuan berhitung dalam perkembangan kognitif anak, pengajarannya dilakukan sejak dini, yaitu mulai dari taman kanak-kanak yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran berhitung ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak didik untuk berfikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.

Kemampuan berhitung memerlukan pengetahuan berfikir karena diperlukan pengolahan angka-angka dan memerlukan ketelitian, konsentrasi dan pemahaman konsep sederhana serta memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berhitung pada jenjang taman kanak-kanak merupakan landasan untuk jenjang yang lebih tinggi nantinya. Anak didik taman kanak-kanak diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dari keterampilanberhitung guna menjadi bekal ke jenjang lebih tinggi. Sehingga pembelajaran berhitung di taman kanak-kanak berfungsi sebagai landasan untuk latihan mengolah angka-angka dan memecahkan masalah sederhana pada jenjang pembelajaran sekolah sesudahnya nanti.

Pembelajaran berhitung memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah dengan menggunakan kartu angka. Dlam pembelajaran kemampuan berhitung, diharapkan anak didik tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan mengenal angka-angka. Diantaranya anak didik harus dapat menyebut/membilang angka-angka sehingga mengerti makna yang terkandung dalam kartu angka tersebut.

Berdasrkan uraian diatas, dapat disimpulakan bahwa manfaat kartu angka bagi anak usia taman kanak-kanak adalah kemmpuan memperkenalkan lambang bilangan, menyebut/ membilang lambang bilangan serta menghubungkan/ memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan sehingga mengerti makna yang terkandung dalam kartu angka tersebut.

6. Langkah-langkah penggunaan karu angka dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak didik

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu angkla guna pengembangan kognitif anak khususnya dlam berhitung pada anak didik usia taman kanak-kanak, maka seorang guru perlu memperhatikan dasn memahami dnegan baik apa saja yang menjadi prioritas dlam menggunakan kartu angka dalam proses pembelajaran sebagai berikut :

1. Guru memperlihatkan dan menjelaskan kartu angka pada anak

Langkah awal yang dilakukan guru dlam menggunakan kartu angka dlam pengembangan kemampuan berhitung anak adalah guru memperlihatkan kartu angka satu demi satu dan menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan kartu angka sehingga anak didik dapat memperhatikan dengan baik dan menarik perhatian anak didik untuk meningkatkan kemampuan berhitungnya.

2. Guru meminta anak ikut menyebutkan kartu angka yang di perlihatkan

Langkah berikutnya adalah guru menyebutkan angka yang ada pada kartu angka yang diperlihatkan tersebut lalu meminta anak didik untuk menyebutkan kembali. Anak didik akan bersemangat menyebutkan kembali angka sesuai dengan kartu angka yang diperlihatkan guru.

3. Guru membimbing anak dalam penggunakan kartu angka secara berkelompok.

Langkah berikutnya yaitu guru menyajikan dan menjelaskan materi pembelajaran berhitung dengan mengarahkan dan membimbing anak dalam menggunakan kartu angka secara berkelompok. Guru membagi kelompok anak didik menjadi 3 kelompok agar anak lebih bersemangat dan lebih termotivasi untuk menggunbakan kartu angka tersebut sehingga meningkatkan kemampuan berhitung anak didik.

4. Guru mengamati anak dalam menggunakan kartu angka

Selanjutnya guru mengamati kegiatan anak sampai sejau mana anaka didik dapat memanfaatkan media (kartu angka) sebagai alat bantu dalam mengenal dan meningkatkan kemampuan berhitung yang dimiliki anak didik. Penyajian materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kartu angka dapat menarik perhatian anak didik.
Proses perkembangan di taman kanak-kanak adalah suatu upaya pembinaan pendidikan yang ditujuakan pada anak lahir sampai dengan usia enam tahun untuk membantu pertumbuhan dn perkembangan fisik anak agar memiliki kesiapan dalam mamasuki pendidikan seklanjutnya. Salah satu adalah peningkatan kemampuan kognitif anak didik khususnya peningkatan kemampuan berhitung.

Tujuan diselengrakannya pelajaran berhitung dengan mengunakan kartu angka adalaha upanya guru untuk meningkatkan kemapuan anak didik dalam mengenal angka. Kemampuan berhitung dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di taman kanak-kanak adalah langka-langka yang dilakukan oleh guru taman kanak-kanak dengan memberikan pengetahuan dan pengertian tentanang angka sehingga anak didik mengetahui dan mengerti angka-angka tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran berhitung yang sering dilakukan guru taman kanak-kanak dengan mengunakan kartu angka yaitu agar anak mampu memahami bilangan, memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dal;am kehidupan sehari-hari.
6:08:00 PM
thumbnail

PENGARUH PERMAINAN BALOK TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI ANAK

Posted by Yushan on

Kecerdasan Emosi


1. Pengertian Kecerdasan Emosi

yushanyunus.blogspot.comEmosi merupakan perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa persaan senang atau tdk senang, persaan senang atau buruk. Dalam World Book Dicitinary (1994: 690) emosi di definisikan sebagai “berbagi persaan yang kuat”. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam- macam persaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman (1995: 441) menyatakan bahwa “emosi merajuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologisserta serangkai kecenderungan untuk bertindak"

Menurut solvey (kompas, 2001: 181) mengemukakan bhwa definisi kecerdasan emosi adalah “sebuah konsep untuk memahamipersaan seseorang , memahami empati seseorang pada tahap tertentu mengajarkan hidup”. Kecerdasan emosi adalah proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup. Memang ada temperamen khusus yang dibawa seorang anak sejak ia dilahirkan, tetapi pola asuhan orang tua dan pengaruh lingkungan akan membentuk cetakan “emosi seorang anak yang akan berpengaru besar pada prilakunya sehari-hari”. (Sujiono dan Nurani, 2005: 115).

Gardnet (1993: 79) mengemukakan bahwa “kecerdasan emosi yaitu kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain”. kecerdasan ini meliputi kepekaan pada wajah, suara, gerak, kemampuan membedakan berbagi macam tanda interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dangan tindakan pragmatis tertentu misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan manusia memahami kondisi orang lain dengan menempatkan diri kita pada posisinya. Dengan begitu, maka kita dapat merasakan dan memahami empati orang lain.


2. Metode pemgembangan kecerdasan emosi

Untuk membantu proses perkrmbangan kecerdasan emosi anak usia TK, guru dapat melakukan beberapa metode pembelajaran menurut Nugrha (2007: 813) sebangai berikut:

a. Bernyanyi dan bermain musik
Musik memberikan dampak nyata pada perkembngan emosional manusia. Oleh karena itu bermain musik bagi anak sangat penting dan memberikan pengaru yang cukup kuat dalam pengembangan emosinya. Musik juga dapat menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan, rasa kebangsaan, rasa keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, dan sebangainya.

b. Demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan memberi contoh atau memperlihatkan secara langsung dalam melakukan sesuatu sesuatu perbuatan atau prilaku. Dalam demonstrasi mengadung unsur showing, doing, end telling yaitu perlihatkan, lakukan, dan katakan.

Dari beberapa metode pengembangan tersebut di atas, penulisan menggunakan metode permainan balok pengembangan kecerdasan emosi

3. Indikator Emosi

salasatu kecerdasan yang juga harus demiliki oleh anak adalah kecerdasan emosi. Menurut Goelman (2001” 119) menyatakan bahwa “individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan menjadi anak yang lebih bahagia, lebih percaya diri, lebih populer dan lebih sukses disekolah dan di masyarakat”.


Menurut depdiknes (2009: 22) menguraikan indikator-indikator kecerdasan emosi sebagai berikut:

1. Mengendalikan emosi
2. Merasa percaya diri
3. Mengenal emosi
4. Menujjukkan emosi yang wajar
5. Sabar



Permainan Balok

1. Pengertian permainan balok

Permainan balok, eruparupkan slasatu jenis permainan di taman kanak-kanak dan sengat oleh anak, karena besfiat menatang dan bisa untuk membetuk benda yang disukanya dengan keinginan dan imajinasi anak. Untuk memahami definisi permainan balok maka perlu dipahami terlebih dahulu defenisi dari permainan dan definisi balok.

Defenisi permainan menurut Ma’raf (2005: 141) yaitu “suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut”. Hal ini adalah karna bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih dari pada hasil yang akan didapatkannya.

Definisi permainan juga dijelaskan dalam Fenomenologis (Kartono, 2001: 122) yaitu:

Permainan merupakan sarana penting untuk mensosialisasikan anak. Yaitu sarana untuk mengintrodusir anak jadi anggota sesuatu masyarakat, agar anak bisa mengenal dan mengetahui manusia. Dalam sesuatu permainan itu tumbulah rasa kerukunan yang sangat besar artinya bagi pembentukan sosial sebagai manusia budanya.

Adapun pengertian permainan menurut Huizinga (Monks dkk, 2004: 134) yaitu, “tindakan atau kesibukan sukarela yang dilakukan dalam batas-batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara sekarela dengan tujuan yang ada dalam diri sendiri , disertai perasaan tegang dan senang”. Sedangkan menurut singer (Sugianto, 1995: 10) permainan sebagai “usaha untuk menggunkan kemampuan fisik dan mental guna mengatur dan mengerganisasi pengalaman-pengelamannya”.

Berdasakan uraian diatas, bahwa balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temanya. Anak usia belita usianya belum belum dapat menciptakan bentuk bangunan yang bermakna. Biasanya anak hanya menuppukan baloknya saja. Karena pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan sensor-motornya. Untuk aneka di atas usia balita, mereka seda dapat menciptkan bentuk yang baru seperti bagunan, jembatan, dansebagainya.


2. Manfaat permainan balok
Karena mamfaatnya besar, permainan ini sebainya diberikan pada anak sejak usia dini. Untuk bayi, tersedia bagi balok yang terbuat dari bahan busa.

Menurut Surviani (2004: 120) mengemukakan manfaat dari permainan balok antara lain:

1) Meningkatkan kemapuan motorik kasar dan halus anak
2) Mengenalkan konsep dasar matematika, yaitu
- Mengenalkan konsepn berat dan ringan, panjang-pendek, besar-kecil, tinggi-rendah
- Belajar mengelopokan benda berdasarkan bentuk dan warna
- Mengenalkan konsep arah kiri-kanan, atas-bawah
3) Merangsang krativitas dan imajinasi ansk
4) Mengembangkan ketempilan bahasa anak (karena anak meberikan lebel pada benda yang dilihatnya serupa)
5) Bilah bermain dengan temanya, permainan ini dapat melatih kepemimpinan, inisiatif, perencanaan, mengemukakan pendapat, dan kemapuan menggerakan orang lain. permainan ini juga mengembangkan empati anak dan menghargai hasil karya orang lain . inilah merupakan bagian dari kecerdasan emosi anak.

Agar permainan balok ini agar menarik, kita perlu menambahlkan alat bermain lainya seprti boneka, mobil-mobilan, dan lain sebagainya. Buku cerita yang berkaitan dengan hasil anak dafat orangtua perlihatkan, agar perbendaharaan kata anak bertamba banyak. Sebaiknya orangtua hanya berperan diberikan permainan balok yang rumit karena perkembangan motorik halusnya belum sempurna.


3. Jenis-jenis Permainan balok
Defenisi balok seperti yang terdapat dalam bahan ajar sumber belajar dan media pembelajaran merupakan salah satu alat permainan yang terbuat dari materi seperti kayu gabus atau plastik dengan berbagai bentuk, warna dan ukuran tertentuyang bermanfaat untuk perkembangan anak. Balok pada dasarnya merupakan alat yang dapat disusun menjadi berbagai macam bentuk benda yang disesuaikan dengan kreativitas ana (FIP,2000: 46).

Sesuai dengan uraian diatas, maka balok bisa terbuat dari kayu, gabus maupun plastik. Kayu yang digunakan bisa berupa kayu ramin, kayu jalutung, kayu kapok, kayu papan, kayu ringan, kayu berat, kayu kering, kayu basah maupun kayu dari akar pohon dan sebagainya, sedangkan balok yang terbuat dari plastik bisa berupa dari bening. Plastik berwarna plastik gabus, dan lain sebagainya.

Adapun jenis jenis permainan balok ‘Menurut Frobel (FIP: 2000: 51) yaitu:

a. Balok blodoos
Tipe tipe unit balok pada dasarnya bervariasi. Untuk alat permainan frobel terdiri dari balok bangunan blodoos dan bouwdoos yaitu salah satu kotak sebesar 20x20 cm yang berisikan balok balok kecil berbagai ukuran yang merupakan kelipatan.

Alat bermain ini berupa balok bangunan, dengan fungsi kotak kubus ini adalah untuk melatih kordinasi mata dan tangan juga melatih emosi, melatih motorik dan daya nalar.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan kotak kubus ini akan dapat mengembangkan kemampuan fisik motorik adalah untuk melatih kordinasi mata dan tangan, melatih motorik dan daya nalar, anak dapat melatih emosi yaitu dengan jalan mengembangkan kemandirian dan dapat bekerja sama dengan teman menyusun kotak kubus menjadi menara.

Bidang lain adalah anak dapat mengurutkan kotak tersebut dari besar sampai yang kecil. Mengembangkan kemampuan menghitung berapa banyak kotak yang digunakan, mengembangkan kemampuan mengenal warna bentuk dan melipat, menggunting, membuat kubus. Untuk pengembangan bahasa anak, dapat menyebutkan dengan kata yang jelas misalnya, kotak warna merah besar, kotak hijau kecil.

b. Balok Couusseri
Terdapat juga tipe unit balok yang disebut balok couusseri, seperti yang dikemukakan dalam bahan ajar sumber belajar dan media pembelajaran (FIP, 2000:51)

Balok couusseri terdiri atas balok-balok yang berukuran 1x1x1 cm, dengan warna kayu asli, 2x1x1 cm berwarna merah, 3x1x1 cm berwarna hijau muda, 4x1x1 cm berwarna merah muda, 5x1x1 cm berwarna kuning, 6x1x1 cm berwarna hijau tua, 7x1x1 cm berwarna hitam, 8x1x1 cm berwarna coklat, 9x1x1 cm berwarna biru tua dan 10 x1x1 cm berwarna jingga.

Balok cousseri diciptakan oleh George Coussinaire dari belajar, karena melihat sulitnya pemahaman matematika pada anak. Balok cousseri juga bermanfaat untuk membantu anak memahami matematika seperti mengenalkan konsep bilanagn pada anak, mengembangkan kemampuan berhitung anak serta mengajak anak untuk menyukai matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa permainan balok merupakan bentuk aktifitas anak dalam bermain yang menggunakan alat permainan yang terbuat dari kayu, gabus maupun plastik dengan berbagai bentuk, warna serta ukuran dengan kegiatan utamanya berupa menyusun alat tersebut menjadi berbagai macam benda.

Dari kedua jenis balok diatas yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah jenis balok bloodos. Dalam proses belajar dengan menggunakan balok blodoos/kotak kubus ini dapat mengembangkan kemampuan fisik motorik adalah melatih koordinasi mata dan tangan, melatih motorik dan daya nalar, anak dapat melatih emosi yaitu dengan jalan mengembangkan kemandirian dan dapat bekerja sama dengan teman menyusun kotak kubus menjadi menara.


4. Langkah-langkah pemainan balok

Balok-balok kayu, gabus atau plastik merupakan alat permainan yang sangat sesuai sebagai alat untuk berbagai konstruksi.ada beragam aktifitas yang dapat dilakuakan dalam permainan balok misalnya permainan yang berupa balok ukuran besar dimainkan di lantai, umumnya disebut pula balok lantai. Cara anak-anak memainkanbalok-balok menurut Patmonodewono (2000: 115) melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahapan pertama, anak sambil berjalan membawa balok di tangannya
b. Tahapan kedua, balok diletakkan dalam susunan keatas seperti menara. Kadang mereka menyusun balok secara memanjang, balok-balok tersebut diletakkan saling berdampingan atau berjejer
c. Tahapan ketiga, anak akan mulai membuat jembatan, yaitu dengan meletakkan dua balok secara sedikit terpisah kemudian meletakkan satu balok lagi diantara kedua balok tersebut. Setelah tahapan ini anak-anak mulai mampu menyusun balok dengan berbagai variasi, membuat pola mereka belajar menyusun balok-balok denagn keseimbangan yang baik, sehingga hasil bangunannya tidak mudah roboh.
d. Tahapan keempat yaitu anak-anak menggunakan balok-balok dan membuat bangunan sesuai dengan dunia realitas. Misalnya bangunan sekolah, kota dengan jalan-jalan, lapangan terabang dan bangunan lain yang pernah dilihatnya.

Pada tahap perrmulaan membangun balok bangunan, seorang anak hanya menggunakan balok dalam jumlah terbatas dan hanya menggunakan ruang yang terbatas pula. Tetapi setealah kemampuannya berkembang, anak melakukan elaborasi dalam bentuk bangunan yang dibuatnya. Dengan demikian makin banyak balok yangdipakai dan menggunakanruanagan yang lebih luas di bandingkan saat anak berada pada tahap awalperkembangan permainan balok.

Aktifitas lain dapat dilihat pada permainan balok couusseri yaitu dengan cara menghitung walaupun tampa mengerti asal urutannya sesuai, kemudian menghitungnya satu-satu denagn menggunakan syair-syair yang di dalamnya ada bilangan. Menggunakan balok couusseri secara bebas makin dalam anak mengenal balok ini, maka anak akan cenderung dapat menciptakan bentuk yang semakin beragam.


Menurut sujiono (2007: 87) mengemukakan langka-langka dalam permainan balok yaitu:
a. Sedaikan materia susun balok yang cukup untuk mendirikan bangunan yang akan dibuat anak.
b. Sediakan warna yang cukup, jangan terburu-buru dan membatasi waktu.
c. Selama bermain, gunukan kosakata seputar dunia konsetrasi untuk menambah pengetahuan dan kosakata anak.
d. Berikan kesenpatan kepada anak untuk berinteraksi dengan temanya dengan bermain susunan balok besama.
e. Amati perkembangan anak sedang bermain susun balok. Dari bentuk sederhana ( menumpuk balok dari bawah keatas), anak akan mengembangkan kemapuan menyusun model yang lebih komleks.
f. Pastikan bentuk serta ukuran baloknya sesuai usia anak. Di usia balita awal pilih balok berukuran besar agar mudah dipegang dan disusun. Jumlahnya tak perlu banyak. Mulailah dengan 3-4 balok.
g. Awasi anak saat bermain dengan balok. Jangan sampai balok tersebut di lemparkan atau digunakan untuk memukul anak lain ketika dirinya kesal.
h. Jangan menginntervensi anak dengan berbagai pengarahan ataupun perintah selama anak membuat suatu konstruksi.
i. Beri anak kesempatan untuk mengerjakan sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dibuatnya.
j. Jangan lupa memberi pujian atas hasil karya anak apa pun bentuknya.

Jenis aktivitas diatas tentusaja fdapat berlangsung dengan bantuan pendidik. Di taman kanak-kanak, maka guru memengang peranan penting dalam hal tersebut. Guru perlu memperkenalkan balok-balok dengan meletakkan atau menyimpan balok sedemikian rupah sehingga anak mudah mengenal ukuran jenis balok yang ada. Anak-anak harus mebiasakan diri menyimpan kembali balok-balok tersebut apabilah telah selesai memainkanya. Pada saat memainkan balok, anak haurus menyadari bahwa anak lain juga perlu bermain sehingga ruangan bermainyya harus dibagi dengan anak lain.

Berdasarkan kedua langkah permainan balok tersebut diatas yaitu menurut patmonodewono dan sujiono, maka yang digunakan, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah permainan balok menurut sujiono.
4:50:00 AM
thumbnail

Pembinaan Karakter Siswa Di Madrasah

Posted by Yushan on Friday, January 29, 2016

Pembinaan karakter siswa di madrasah berarti berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka pembentukan karakter siswa. Istilah yang identik dengan pembinaan adalah pembentukan atau pembangunan. Terkait dengan madrasah, sekarang lagi digalakkan pembentukan kultur madrasah. Salah satu kultur yang dipilih madrasah adalah kultur karakter mulia. Dari sinilah muncul istilah pembentukan kultur akhlak mulia di madrasah.

Pengalaman Nabi Muhammad membangun masyarakat Arab hingga menjadi manusia yang berakhlak mulia (masyarakat madani) memakan waktu yang cukup panjang. Pembentukan ini dimulai dari membangun aqidah mereka selama kurang lebih tiga belas tahun, yakni ketika Nabi masih berdomisili di Makkah. Selanjutnya selama kurang lebih sepuluh tahun Nabi melanjutkan pembentukan akhlak mereka dengan mengajarkan syariah (hukum Islam) untuk membekali ibadah dan muamalah mereka sehari-hari. Dengan modal aqidah dan syariah serta didukung dengan keteladanan sikap dan perilaku Nabi, masyarakat madani (yang berakhlak mulia) berhasil dibangun Nabi yang kemudian terus berlanjut pada masa-masa selanjutnya sepeninggal Nabi. Michele Borba juga menawarkan pola atau model untuk pembudayaan akhlak mulia. Michele Borba menggunakan istilah membangun kecerdasan moral. Menulis sebuah buku dengan judul Building Moral Intelligence: The Seven Essential Vitues That Kids to Do The Right Thing, 2001 (Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi, 2008). Kecerdasan moral, menurut Michele Borba, adalah kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat. adalah sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan menjadi warga Negara yang baik.

Pembinaan karakter sebenarnya dimulai dari keluarga. Apabila seorang anak mendapatkan pembinaan karakter yang intens akan membuat dirinya memiliki karakter yang positif dan yang akan berkembang dan mengakar dalam dirinya. Namun, dalam kenyataannya banyak orang tua yang lebih mementingkan kecerdasan otak daripada pembinaan karakter. Menurut Goleman dalam Williams dan Megawangi bahwa banyak orang tua yang mengalami kegagalan dalam mendidik karakter anak-anaknya yang mungkin disebabkan karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Meskipun demikian, hal ini masih dapat diperbaiki dengan memberikan pembinaan karakter di sekolah. Pembinaan karakter di madrasah sangat diperlukan dalam mengembangkan karakter positif sehingga peserta didik dapat bersikap dan bertungkah laku sesuai dengan norma-norma, etika dan kesusilaan yang ada dalam masyarakat. Melalui pembinaan karakter di madrasah, peserta didik dibina, dibentuk, diarahkan dan dibimbing untuk memiliki karakter yang baik sehingga dirinya dapat menunjukkan sikap atau perilaku yang baik ketika berkomunikasi dengan orang lain dan hidup dalam suatu komunitas.

Karakter seseorang terbentuk dimulai sejak dini melalui genetika. Meskipun demikian karakter tersebut dapat mengalami perubahan ketika dirinya berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulannya. Lingkungan yang menunjukkan perilaku yang negatif akan membentuk dan mengubah karakternya menjadi negatif pula. Meskipun demikian, karakter bukanlah sesuatu yang sifatnya menetap dan tidak dapat diubah. Hal ini dikarenakan karakter akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan seseorang. Apabila dalam perkembangannya, karakter yang negatif tidak mendapatkan pembinaan dan pendidikan, maka akan terbentuk karakter yang negatif tersebut dan dapat mengakar dalam diri seseorang, sehingga sangat sukar untuk mengubahnya. Meskipun demikian, perubahan tersebut tetap memiliki peluang, ketika seseorang memiliki kesadaran dan keinginan untuk mengalami perubahan atau membuka dirinya, menerima pembinaan dan adanya usaha positif yang dilakukannya.

Menurut Chrisiana bahwa pembinaan karakter mengajarkan seseorang suatu kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantunya untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantunya untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pembinaan karakter akan menumbuhkan sikap tanggungjawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Melalui pembinaan karakter akan terbentuk suatu sikap dan tingkahlaku positif dan membuat peserta didik dapat hidup harmonis dengan lingkuannya. Karakter yang baik akan menjadikan peserta didik memiliki tanggung jawab dalam belajar dan menujukkan sikap peduli terhadap dirinya dan orang disekitarnya yang ditunjukkan melalui keseriusannya dalam belajar. Keadaan yang demikian akan membuatnya mengalami keberhasilan dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.

1. Metode Pembinaan Karakter Siswa

Bagaimana cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak-anak disimpulkannya menjadi tujuh cara yang harus dilakukan anak untuk menumbuknan kebajikan utama (karakter yang baik), yaitu empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Ketujuh macam kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia berkualitas di manapun dan kapanpun. Meskipun sasaran buku ini adalah anak-anak, namun bukan berarti tidak berlaku untuk orang dewasa, termasuk para siswa di SD hingga SMA. Dengan kata lain tujuh kebajikan yang ditawarkan oleh Michele Borba ini berlaku untuk siapa pun dalam rangka membangun kecerdasan moralnya.

Dalam salah satu bukunya Howard Kirschenbaum, menguraikan 100 cara untuk bias meningkatkan nilai dan moralitas (karakter/akhlak mulia) di sekolah yang biasa dikelompokkan ke dalam lima metode, yaitu:

a. Inculcating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas);
b. Modeling values and morality (pemodelan nilai-nilai dan moralitas);
c. Facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai dan moralitas);
d. Skills for value development and moral literacy (ketrampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral; dan
e. Developing a values education program (mengembangkan program pendidikan nilai). Dari pendapat Kirschenbaum ini maka guru pendidikan agama termasuk para guru yang lain bersama-sama dengan sekolah perlu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah pembinaan karakter siswa melalui pemaksimalan peran pendidikan agama. Guru agama bersama-sama guru-guru yang lain perlu merancang pembelajaran agama di kelas dan di luar kelas yang dapat memfasilitasi siswa agar dapat membiasakan karakter atau akhlak mulia.

Sementara itu, Darmiyati Zuchdi menekankan pada empat hal dalam rangka penanaman nilai yang bermuara pada terbentuknya karakter (akhlak) mulia, yaitu inkulkasi nilai, keteladanan nilai, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan akademik dan social. Darmiyati menambahkan, untuk ketercapaian program pendidikan nilai atau pembinaan karakter perlu diikuti oleh adanya evaluasi nilai. Evaluasi harus dilakukan secara akurat dengan pengamatan yang relatif lama dan secara terus-menerut. Dengan memadukan berbagai metode dan strategi seperti tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama di sekolah, maka karakter siswa dapat dibina dan diupayakan sehingga siswa menjadi berkarakter seperti yang diharapkan.

Dalam penggunaan metode yang berdasarkan dari pembinaan akhlak menurut Imam Al Ghazali yang mengemukakan tentang metode pendidikan akhlak, yaitu dengan “memberi contoh atau keteladanan, pembiasaan,dan nasihat atau anjuran dalam rangka membina kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam”. Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur dan berkembang sehingga merupakan proses menuju kesempurnaan akhlak.

Metode pendidikan akhlak melalui contoh atau keteladanan ini dapat dijumpai pada kepribadian Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah dalam QS. surat al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

Terjemahnya

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dari ayat tersebut tampak bahwa dalam diri Rasulullah tercermin pribadi yang baik dan utama, dimana bila dicontoh maka akan membawa keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sementara metode pembiasaan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa manusia. Karena pembiasaan itu akan membentuk sikap dan perilaku tertentu, yang lambat laun sikapdan perilaku tersebut akan bertambah kuat. Yang pada akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya. Sedangkan metode nasehat merupakan cara mendidik yang mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis. Oleh karena itu nasehat yang baik serta mengandung pelajaran dan petunjuk sungguh sangat efektif digunakan dalam interaksi pendidikan. Nasehat tersebut jika disampaikan secara baik dan benar, akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan psikologi anak. Metode sangat penting dalam proses pembinaan akhlak, karena dalam proses pembinaan akhlak yang dibentuk adalah hati, maka dalam penggunaan metode juga harus tepat agar tujuan dari pembinaan karakter ini tepat sasaran.

2. Strategi Pembinaan Karakter Siswa

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dan juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni a. strategi pengorganisasian pembelajaran, b. strategi penyampaian pembelajaran, dan c. strategi pengelolaan pembelajaran.

Salah satu cara mengembangkan nilai yang ada pada siswa adalah dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan langsung, sehingga diharapkan dapat menemukan konsep atau prinsip moral yang positif. Keterlibatan siswa merupakan faktor penting, karena moralitas tidak dapat dijadikan secara langsung dengan ceramah.

Pelaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan ini didasarkan pada desain model pembelajaran yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun pendekatan dan strategi yang digunakan dalam pelaksanaan pengajaran di kelas, yaitu menggunakan model Analisis nilai, Klarifikasi nilai dan Ibrah.

Dalam pendekatan ini, siswa dibina kesadaran emosional nilainya melalui cara yang kritis rasional dengan klarifikasi dan menguji kebenaran, kebaikan, keadilan, dan lain-lain dalam kehidupan atau pengalamannya sehari-hari. Target nilai karakter inilah yang akan menuntun proses atau kegiatan belajar mengajar serta penentuan pilihan stimulus. Wujud pengarahan menuju target tersebut, dilakukan guru melalui berbagai upaya dan di antaranya ialah melalui pertanyaan nilai. Dan ini melahirkan tuntutan lain lagi bagi setiap guru dalam mengajarkan nilai kejujuran ialah keharusan mahir dalam bertanya (keterampilan bertanya).

Untuk pembinaan disiplin dan kemandirian siswa sebagai refleksi dari penanaman nilai kejujuran adalah: Belajar dan bekerja secara teratur, tertib, dan bertanggung jawab. Mematuhi ketentuan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Menghindari diri dari tindakan dan perbuatan yang bersifat plinplan atau tidak konsekuen. Taat terhadap orang tua, guru dan tata tertib sekolah. Tidak terlambat dan mengerjakan tugas sekolah tepat pada waktunya. Selain itu, kompetensi guru. Hubungannya dengan ini, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.

Dari faktor tersebut yang paling berpengaruh terhadap kualitas sikap ilmiah dan perilaku siswa adalah faktor guru. Karena, gurulah yang paling berkuasa mengelola dan menciptakan kondisi kelas sebagai wahana tumbuh dan berkembangnya sikap berpikir ilmiah, kritis dan perilaku siswa. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan kemampuan sikap ilmiah dan perilaku siswa untuk jujur, disiplin dan mandiri, diperlukan kajian yang menggagas inovasi model pembelajaran berupa strategi belajar dan mengajar.

Dengan mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dengan menyertakan penanaman nilai karakter kejujuran merupakan kemampuan sikap ilmiah dan perilaku yang baik dapat dimiliki siswa secara optimal. Jika harapan ini dapat terwujud dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dan di luar kelas, setidaknya akan menjadi konstribusi yang berarti bagi masyarakat, bahkan bangsa dan negara yang sedang dilanda masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkarakter jujur dalam berperilaku, disiplin dalam beraktifitas dan mandiri dalam bekerja.

Model yang akan menjadi pelengkap dari pengembangan strategi penanaman nilai karakter kejujuran pembelajaran adalah:

Pertama, klarifikasi nilai yang dikembangkan oleh Djahiri. Model ini memiliki keunggulan pada pencapaian target hasil belajar siswa yang dapat dimiliki. Model Klarifikasi nilai ini juga memperhatikan aspek keterampilan proses.

Kedua, model Analisis Nilai untuk pengembangan selanjutnya, karena model tersebut memiliki keunggulan yang mampu merangsang siswa untuk melakukan analisis nilai moral.

Ketiga, model pembelajaran ‘ibrah. Keunggulan model ini pada upaya pembinaan nilai karakter kejujuran yang bersumber dari agama Islam. Model ini sudah sangat lazim digunakan pada tradisi pendidikan Islam untuk menanamkan nilai keimanan melalui objek materi pembahasan termasuk berupa ciptaan-ciptaan Allah.

Dari pengembangan beberapa model tersebut sebagai bahan penyempurnaan pada strategi pembelajaran di sekolah, secara konseptual merupakan perpaduan antara model teoritik dari model pembelajaran Analisis Nilai, Klarifikasi Nilai dan ‘Ibrah. Di mana orientasi model sebagai pola penanaman nilai karakter kejujuran dalam membina disiplin dan kemandirian ini menekankan perlunya keterampilan proses pada pencapaian tujuan target nilai dan sikap (akhlak) yang harus dikembangkan kepada siswa.

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Seorang guru perlu mempelajari budaya, pengalaman hidup dan pengetahuan, kemudian menyusun pengalaman belajar yang memberi siswa kesempatan baru untuk memperdalam pengetahuan tersebut. pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar autentik dan bermakna yang mana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran hendaknya dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.

Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
1) Menggali informasi, baik teknis maupun akademi

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Membangkitkan respon siswa

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa

c. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun dugaan, menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Di dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis bukti, mengevaluasi ide dan proposisi, merefleksi validitas data, memproses, membuat kesimpulan. Kemudian menentukan bagaimana mempresentasikan dan menjelaskan penemuannya, dan menghubungkan ide-ide atau teori untuk mendapatkan konsep.

Adapun Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)

2) Mengamati atau melakukan observasi

3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.

Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:

1) Pembentukan kelompok kecil

2) Pembentukan kelompok besar

3) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya)

4) Bekerja dengan kelas sederajat

5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

6) Bekerja dengan masyarakat

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Contoh praktek pemodelan di kelas:

1) Guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa.

2) Guru PKn (Pendidikan Kwarganegaraan) mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut.

3) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya.

4) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Di dalam refleksi, siswa menelaah suatu kejadian, kegiatan, dan pengalaman serta berpikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaimana merasakan, dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.

Realisasi refleksi dapat diterapkan, misalnya pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Hal ini dapat berupa:

1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa hari ini

2) Catatan atau jurnal di buku siswa

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini

4) Diskusi

5) Hasil karya


g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.

5. Tujuan Pembinaan Karakter Siswa

Pembinaan karakter bertujuan agar peserta didik memiliki sikap tidak pemarah, pemaaf, dan memiliki kesabaran. Al-Hasyimi menyatakan bahwa pemarah merupakan sikap tercela yang muncul dalam diri seseorang akibat dorongan amarah dan nafsu. Islam menganjurkan umatnya untuk tidak menjadi seorang pemarah, melainkan bersikap lemah lembut. Sifat lemah lembut merupakan kebalikan dari sifat pemarah. Sifat pemarah bukannya membawa seseorang disenangi oleh banyak orang, melainkan menjadikan dirinya dibenci, dicemooh dan dihindari. Sifat pemarah tidaklah menguntungkan melainkan merugikan diri sendiri. Sifat pemarah yang berlebihan akan membuat seseorang tidak dapat dikendalikan oleh akal dan keberagamaannya, sehingga dirinya tidak memiliki pertimbangan yang matang dan dapat menyebabkan dirinya mengambil keputusan yang salah.

Pembinaan karakter bagi peserta didik sangat penting. Melalui pembinaan karakter membuat peserta didik memiliki sifat tidak mudah marah. Hal ini yang dapat mengurangi peristiwa tawuran yang akhir-akhir ini sering terjadi dalam lingkungan peserta didik. Tawuran terjadi pada awalnya karena persoalan yang kecil seperti ejekan atau humoran, namun menjadi persoalan yang besar dengan melibatkan dua kelompok yang besar. Dampak tawuran bukan hanya terjadi bagi pelaku namun juga bagi warga yang melintasi wilayah terjadinya tawuran. Tawuran terjadi karena peserta didik memiliki sifat pemarah yang berlebihan dan tidak memiliki pengendalian, pengambilan keputusan yang salah dan anggapan dalam lingkungannya sebagai suatu bentuk keberanian. Dengan pembinaan karakter atau akhlak, peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk memiliki pengendalian diri, tidak mudah marah, memiliki kesabaran dan pemaaf.

Menurut imam Al-Ghozali dalam Al-Hasyimi bahwa kelemah lembutan merupakan tunduknya potensi kemarahan terhadap bimbingan akal. Sikap lemah lembut dalam diri manusia dapat dimulai dengan melatih diri menahan amarah. Di dalam amarah terkandung sikap menantang dan tidak adanya kesabaran. Di dalam kelemahlembutan adanya unsur kesabaran. Kesabaran merupakan sikap tidak berdaya menghadapi kondisi yang menimpa dan tidak disertai dengan sikap menantang.

Rasulullah Saw menghiasi dirinya dengan kelemah lembutan, tidak mudah marah, memiliki kesabaran dan seorang pemaaf. Dirinya justru meminta perlindungan dari Allah SWT dari keinginan untuk marah dan dendam. Menahan amarah dan memaafkan orang lain merupakan dua unsur yang sama penting dan harus ada dalam diri umat Islam.

Pembinaan karakter dilakukan di sekolah juga bertujuan agar peserta didik memiliki kejujuran sehingga dirinya dapat dipercaya oleh banyak orang. Menurut Khalid bahwa sebelum Muhammad diutus menjadi nabi dan rasul, dirinya dikenal oleh banyak orang sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya, sehingga dirinya oleh masyarakat dijuluki sebagai “Ash-Shadiqul Amin”. Mungkin saja karena kejujuran Nabi Muhammad Saw, mendapatkan anugerah dan dipercaya menjadi seorang nabi dan rasul untuk memberitakan ajaran Allah SWT.

Dalam kehidupan di sekolah peserta didik dituntut untuk memilki kejujuran. Kejujuran itu juga meliputi kejujuran dalam kompetensinya. Dalam arti, ketika adanya ujian sebagai bentuk tes dari kompetensi yang dimilikinya setelah menerima pelajaran dirinya tidak menyontek atau meminta bantuan teman. Dirinya percaya terhadap kemampuannya dan tidak melakukan kemunafikan dengan bersikap tidak jujur. Kejujuran akan membuat dirinya dapat dipercaya oleh banyak orang. Apabila dirinya tidak jujur dalam ujian atau tugas-tugas pelajaran lainnya, maka perolehan nilai yang tinggi dan tidak disertai dengan kompetensi yang nyata, membuat orang tidak percaya kepada dirinya.

Kejujuran dalam perkataan sebagai wujud dari tanggungjawabnya dan membuat peserta didik dapat dipercaya. Orang tua akan memberikan kepercayaan kepada anaknya apabila anaknya dapat dipercaya dengan menujukkan kejujuran dan sikap tanggung jawab. Orang tua memberikan dan menitipkan uang pembayaran biaya sekolah kepada anaknya, dikarenakan ananya tersebut benar-benar membayarkan uang tersebut sesuai dengan tugas yang diberikan dengan dibuktikan melalui kwitansi pembayaran. Sikap anak tersebut menujukkan kejujuran dan tanggung jawabnya terhadap tugas yang diberikan oleh orang tua.

Orang yang tidak jujur maka akan menjadikannya memiliki kebiasaan berbohong. Orang yang seperti ini apabila kebohongan dirinya diketahui oleh orang lain akan membuat dirinya tidak mendapatkan kepercayaan. Kejujuran sangat penting sebagai salah satu akhlak mulia.

Disiplin dan tanggung jawab terhadap pengerjaan tugas-tugas pembelajaran seringkali menjadi persolan bagi peserta didik. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya peserta didik-peserta didik tertentu apabila dirinya kurang atau tidak menyukai pelajaran tertentu menujukkan sikap kurang disiplin dan bertanggungjawab, yaitu malas masuk kelas, terlambat hadir di kelas, malas mengerjakan tugas dan cenderuung menyontek temannya. Sikap yang demikian dapat membuat peserta didik bersikap tidak jujur. Hal ini yang dapat berdampak pada ketidak percayaan guru terhadap dirinya bahkan orang-orang yang ada di lingkungannya. Karakter atau akhlak mulia harus ditanamkan dan dibentuk dalam diri peserta didik. Dengan karakter positif atau akhlak mulia membuat dirinya memilki kemampuan sosial yang baik, sehingga membuat dirinya dapat menciptakan hubungan yang harmonis. Keadaan yang demikian akan membawa peserta didik dapat dipercaya oleh orang lain dan mengalami keberhasilan baik dalam sekolah maupun kehidupan sehari-hari. Karakter yang baik akan membuat peserta didik bersikap dan bertingkahlaku sesuai dengan norma-norma atau etika agama dan yang berlaku di dalam masyarakat. Karakter yang baik membuat dirinya disenangi oleh banyak orang, hidupnya menjadi berkah, dan berdampak yang positif bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pembinaan karakter membantu peserta didik untuk dapat memiliki dan menjaga karakter positif atau akhlak mulia dalam dirinya
2:38:00 AM